NEVER LET YOU GO
Byuuurr... Sirup rasa strawberry mengalir deras dari rambut Naya hingga membasahi kemeja putihnya. Naya tidak bisa melawan. Ia sekarang ada di WC perempuan, dan ini sudah jam terakhir. Nggak ada yang akan bisa menolongnya sampai bel berbunyi.
"Maksud lo apa?" bentak Naya menantang.
"Belum kapok diguyur kaya gini?" Balas Lisa ketua geng d'basonk sambil menjambak rambut Naya.
"Re mana sirupnya yang tadi?" ucap Lisa yang tangan kananya masih menjambak rambut Naya. Rere langsung memberi satu gelas sirup yang siap untuk disiram ke Naya.
"Lo mau gue siram lagi?" kata Lisa lagi.
'Hello?! Nggak usah ditanya pun, orang bego juga tau. Mana ada orang secara sukarela mau berbasah ria dengan sirup rasa strawberry?' Teriak Naya dalam hati. Ia tau kalau cewek didepannya ini terkenal primadona sekolah karena keganasannya dalam hal melabrak orang.
"Gue rasa, gue nggak ada masalah sama lo." teriak Naya sambil mendorong Linda dengan sadisnya. Naya benar-benar tidak tahan dengan perlakuan geng kunyuk satu ini. Sudah yang kedua kalinya dia diperlakukan seperti ini.
'Bodo amat gue masuk rumah sakit. Yang jelas nenek lampir peru dikasih pelajaran' kata Naya dalam hati.
Ketiga teman Lisa, Rere, Ola dan Key mencoba menahan Naya. Tapi Naya malah memberontak.
"Buruan Sa, ntar kita ketahuan." kata Ola si cewek sawo matang.
Selang beberapa detik, Lisa kembali mengguyuy Naya dengan sirup.
"Jauhin Afa. Gue tau lo sekarang suka sama dia. Belum kapok lo gue kasih pelajaran dulu. Dulu lo pernah nolak Tomi, dan sekarang Afa! Apasih mau lo?! Lepasin Afa jauhin Reno!"
"Maksud lo?" ledek Naya sinis.
"Gue nggak kenal kalian semua. Asal lo tau gue nggak ada apa-apa sama Tomi dia sukanya tuh sama Billa. Lo nggak liat apa kerjaan gue gue ama tuh cowok sinting cuma berantem? Dan Afa, gue cuma temenan. Lo suka sama mereka. Ambil sana keburu abis diambil orang!"
Plaaakk.. Tamparan mulus mendarat di pipi Naya.
"Tapi lo seneng kan?" terian Lisa tepat ditelinga Naya. Kesabaran Naya akhirnya sampai level terbawah.
Buugg! Tonjokan Naya mengenai tepat di hidung Lisa. Lisa yang marah semakin meladak. Perang dunia ke-4 pun tak terelakkan. Empat dibanding satu, jelas Naya kalah. Tak perlu lama, Naya sudah jatuh terduduk lemas. Rambutnya sudah basah dan sakit karena dijambak, pipinya sakit dan tampak jelas lukisan tangan lisa disana, kepalanya terasa pening.
"Beraninya cuma keroyokan!" bentak dua orang cowok dengan tegas. Serempak geng d'basonk menoleh untuk melihat orang itu.
"Weeits.. Pahlawan dateng nih guys! Urusin tuh gebetan elo dan elo!" kata Lisa menunjuk Tomi dan Afa kasar.
"Dasar cewek GILA! Pergi lo sebelum gue laporin!" kata Tomi.
"Sorry gue SENGAJA!" kata Lisa menatap Naya yang terkapar menekankan kata sengaja dan mendorong kepala Naya lalu pergi.
"Bawa ke UKS aja Fa.." kata Tomi mencoba membopong Lisa.
"Gue bantu.. Lo pegang kakinya gue pegang punggungnya. Cepetan.." kata Afa.
Hujan rintik-rintik membasahi bumi. Naya, Afa, Tomi dan Billa berada diruang UKS. Mereka bertiga hanya memandangi Naya yang tebaring lemas ditempat tidur.
"Nay. Lo nggak papa kan?" tanya Tomi polos.
"Nggak papa dari Hongkong." jawab Naya emosi.
"Ntar lo pulang gimana?" tanya Billa.
"Pulang ya pulang." jawab Naya masih dengan nada tinggi. Billa menatap sahabatnya itu dengan kecewa.
"Gue beliin cake kesukaan lo sama es krim, nih makan..." kata Afa sambil memberikan bungkusan kepada Naya.
"Makasih.. Aneh ya, kenapa dia ngelabrak gue?" kata Naya yang emosinya agak meredam. Afa, Billa, dan Tomi hanya tersenyum melihat Naya yang bisa langsung tenang ketika bertemu dua makanan itu.
"Dia pernah nembak gue waktu pertama kali gue dateng kesini, dan gue tolak. Iri kali gue deket-deket sama lo." kata Afa menjelaskan.
"Ooo gitu pantesan aja. Gue makan dulu ya.. Laper nih dari tadi buang tenaga buat ngurusin para nenek sihir." kata Naya langsung membuka es krim dan melahapnya.
"Nay.. Nay.." kata Tomi dan Billa bersamaan. Keduanya saling menatap, mereka salah tingkah.
"Ciee... Ada yang lagi jatuh cinta nih.. Ehem ehem." ledek Naya. Seketika wajah Tomi dan Billa memerah.
"Udah kasian tuh mereka mukanya pada merah semua udah kaya tomat tuh." tambah Afa.
"Apaan sih." kata Tomi dan Billa kompak.
"Aciee gak jadian aja sih, kompak terus dari tadi. Jodoh itu." kata Naya sambil menyenggol lengan Afa. Afa hanya tersenyum.
"Yaudah apa kata lo deh, gue nurut aja iya nggak Bil?" kata Tomi.
"Eh i.. iya.." jawab Billa.
"Emang lo tau apa yang dimaksud Tomi tadi?" kata Afa menyelidik.
"E.. nggak.." jawab Billa ragu.
"Aduh Billa masa gue harus ngulangi lagi sih." sahut Tomi.
"Udah biar gue aja yang ngejelasin ke Billa. Jadi ya Bil, secara nggak langsung lo itu ditembak sama Tomi.." jelas Afa.
"Udah terima aja, buktinya waktu gue nendang Tomi lo care kan sama dia.." kata Naya.
"Loh.. eh.. tapi.." kata Billa gugup.
"Udah jadian aja.." kata Afa.
"Yaudah kalo kalian maksa. Bella apakah lo mau jadi pacar gue?" kata Tomi sambil menggenggam tangan Bella, suasana jadi hening. Naya kaget sekaligus senang melihat 2 sahabatnya itu jadian. Afa hanya tersenyum.
"Eh.. Itu.. Anu..." Billa gugup, ia tak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa mengangguk.
"Gitu dong jangan malu-malu, sekarang kalian udah resmi pacaran. Yee.." sorak Naya.
Siang akan menjelma menjadi sore, matahari yang mulai menampakkan dirinya setelah sekian lama sembunyi dibalik awan hitam. Satu lembaran baru telah dibuka tinggal
"Pulang yuk udah hampir sore nih. Naya juga udah baikan" kata Afa.
"Iya.. Gue pulang bareng Billa ya, lo pulang naik apa Nay?" tanya Tomi menggandeng Billa.
"Ciee pasangan baru nih.. Udah gue gampang entar, naik angkot kan bisa." kata Naya.
"Jam segini mana ada angkot neng.." kata Billa.
"Gue jalan juga kan bisa.." kata Naya.
"Jangan, lo nggak boleh kecapean dulu. Bareng gue kan bisa.." kata Afa.
"Lo kan pake motor, ntar badan gue malah sakit semua." kata Naya.
"Nggak kok kebetulan gue bawa mobil. Bareng gue aja." penta Afa.
"Yaudah makasih sebelumnya." kata Naya.
Mereka berempat menuju keparkiran sekolah. Billa bersama Tomi naik motor, mereka sudah dahulu. Afa menuntun Naya menuju mobil Mazda 2 silver-nya.
"Emm.. Nay.." kata Afi sambil mengemudikan mobilnya.
"Iya.." jawab Naya.
"Lo mm.. Rumah lo sebelah mana?" kata Afa. Sebenarnya Afa ingin mengakui perasaannya pada Naya, tapi mungkin waktunya belum tepat.
"Nanti pertigaan belok kekiri, terus perempatan belok kanan. Jl. Raya nomer 24 itu rumah gue." jelas Naya sambil memainkan tangannya mencoba mengarahkan.
"Iya." jawab Afa singkat, dia hanya tersenyum meihat cewek disebelahnya itu.
"Sampek nih.." kata Afa. Mereka sampai disebuah rumah yang cukup luas dengan halaman yang depenuhi bunga anggrek.
"Oke, makasih.. Mau mampir dulu?" kata Naya.
"Emm, nggak usah gue langsung balik aja. Nay lo suka bunga anggrek ya?" tanya Afa.
"Iya.. Kok lo tau?" kata Naya.
"Iyalah tau, orang dihalaman lo isinya anggrek semua..." kata Afa sambil mengeluarkan senyum termanis yang khas dengan lesung pipinya itu. Naya terpesona memandangi Afa, sebenarnya dia ingin mengatakan perasaannya pada Afa. Tapi, dia perempuan terlebih lagi mereka baru berkenalan beberapa hari.
"Emm Nay.. Gue mau ngomong sesuatu.." kata Afa.
"Iya.. apa?" kata Naya sambil senyum-senyum sendiri. Dia merasa bahwa Afa akan menyatakan perasaan yang sama dengannya sore ini.
"Mmm.. Itu, cepet sembuh ya.." kata Afa sambil memegangi keningnya. Naya kecewa mendengar Afa cuma bilang 'cepet sembuh ya..' dalam hati Naya kecewa tapi dia harus menutupinya.
"Iya.. Makasih, lo juga ati-ati dijalan. Jangan ngebut.." kata Naya sambil tersenyum sebisanya.
"Iyaa.. Iyaa.." kata Afa sambil mengacak-acak poni Naya dan pulang, Naya hanya bisa melihat dari jauh hingga mobil Afa menghilang dari pandangannya. Badannya terasa lemas, Ia segera masuk kedalam kamar. Afa memang yang selalu ada di hati Naya, mengisi hari-harinya dengan senyumannya, perhatiannya, candanya, juga keikhlasannya untuk menjaga Naya. Segera Naya buang pemikiran itu jauh-jauh dari kepalanya.
Pagi-pagi sekali, Naya sudah berangkat menuju kesekolah. Meskipun badannya masih terasa sakit semua, dia memaksakan agar bisa bertemu dengan Afi. Namun hinga bel sekolah berbunyipun dia tidak melihat sosok yang dinantikannya itu datang.
"Nggak seperti biasanya dia belum dateng sampe jam segini..." kata Naya sambil memainkan jarinya diatas meja sambil sesekali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya itu.
Selama tiga hari Afa tidak masuk sekolah. Naya berusaha menghubunginya tapi tidak bisa, nomor ponselnya tidak aktif. Naya semakin khawatir, guru-guru juga tidak tahu keadaan Afa. Teman yang lain bahkan fans setianya juga tidak tahu.
"Eh, Bil. lo tau nggak si Afa kemana? Udah empat hari ini dia nggak masuk sekolah.." tanya Naya pada Billa.
"Gue nggak tau tuh Nay, coba tanya sama fans beratnya noh si Lila.." jawab Billa sambil menunjuk Lila yang sedang asik membaca majalah fashion.
"Yuuk makasee Billaaa.." kata Naya sambil mencubit pipi Billa yang cukup besar itu.
"Auuch.. Sakit kali Nay." kata Billa sambil memegangi pipinya yang merah bekas cubitan.
Naya menuju kearah Lila, sebenarnya Lila sudah tau maksud Naya menghampirinya. Dengan segera Lila memberikan sepucuk surat kepada Naya. Sebuah surat dengan warna merah dihiasi dengan bunga-bunga kecil. Naya heran dengan tingkah Lila, diterimanya surat itu dan segera ia baca.
Dear Naya,
"Nggak kok kebetulan gue bawa mobil. Bareng gue aja." penta Afa.
"Yaudah makasih sebelumnya." kata Naya.
Mereka berempat menuju keparkiran sekolah. Billa bersama Tomi naik motor, mereka sudah dahulu. Afa menuntun Naya menuju mobil Mazda 2 silver-nya.
"Emm.. Nay.." kata Afi sambil mengemudikan mobilnya.
"Iya.." jawab Naya.
"Lo mm.. Rumah lo sebelah mana?" kata Afa. Sebenarnya Afa ingin mengakui perasaannya pada Naya, tapi mungkin waktunya belum tepat.
"Nanti pertigaan belok kekiri, terus perempatan belok kanan. Jl. Raya nomer 24 itu rumah gue." jelas Naya sambil memainkan tangannya mencoba mengarahkan.
"Iya." jawab Afa singkat, dia hanya tersenyum meihat cewek disebelahnya itu.
"Sampek nih.." kata Afa. Mereka sampai disebuah rumah yang cukup luas dengan halaman yang depenuhi bunga anggrek.
"Oke, makasih.. Mau mampir dulu?" kata Naya.
"Emm, nggak usah gue langsung balik aja. Nay lo suka bunga anggrek ya?" tanya Afa.
"Iya.. Kok lo tau?" kata Naya.
"Iyalah tau, orang dihalaman lo isinya anggrek semua..." kata Afa sambil mengeluarkan senyum termanis yang khas dengan lesung pipinya itu. Naya terpesona memandangi Afa, sebenarnya dia ingin mengatakan perasaannya pada Afa. Tapi, dia perempuan terlebih lagi mereka baru berkenalan beberapa hari.
"Emm Nay.. Gue mau ngomong sesuatu.." kata Afa.
"Iya.. apa?" kata Naya sambil senyum-senyum sendiri. Dia merasa bahwa Afa akan menyatakan perasaan yang sama dengannya sore ini.
"Mmm.. Itu, cepet sembuh ya.." kata Afa sambil memegangi keningnya. Naya kecewa mendengar Afa cuma bilang 'cepet sembuh ya..' dalam hati Naya kecewa tapi dia harus menutupinya.
"Iya.. Makasih, lo juga ati-ati dijalan. Jangan ngebut.." kata Naya sambil tersenyum sebisanya.
"Iyaa.. Iyaa.." kata Afa sambil mengacak-acak poni Naya dan pulang, Naya hanya bisa melihat dari jauh hingga mobil Afa menghilang dari pandangannya. Badannya terasa lemas, Ia segera masuk kedalam kamar. Afa memang yang selalu ada di hati Naya, mengisi hari-harinya dengan senyumannya, perhatiannya, candanya, juga keikhlasannya untuk menjaga Naya. Segera Naya buang pemikiran itu jauh-jauh dari kepalanya.
Pagi-pagi sekali, Naya sudah berangkat menuju kesekolah. Meskipun badannya masih terasa sakit semua, dia memaksakan agar bisa bertemu dengan Afi. Namun hinga bel sekolah berbunyipun dia tidak melihat sosok yang dinantikannya itu datang.
"Nggak seperti biasanya dia belum dateng sampe jam segini..." kata Naya sambil memainkan jarinya diatas meja sambil sesekali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya itu.
Selama tiga hari Afa tidak masuk sekolah. Naya berusaha menghubunginya tapi tidak bisa, nomor ponselnya tidak aktif. Naya semakin khawatir, guru-guru juga tidak tahu keadaan Afa. Teman yang lain bahkan fans setianya juga tidak tahu.
"Eh, Bil. lo tau nggak si Afa kemana? Udah empat hari ini dia nggak masuk sekolah.." tanya Naya pada Billa.
"Gue nggak tau tuh Nay, coba tanya sama fans beratnya noh si Lila.." jawab Billa sambil menunjuk Lila yang sedang asik membaca majalah fashion.
"Yuuk makasee Billaaa.." kata Naya sambil mencubit pipi Billa yang cukup besar itu.
"Auuch.. Sakit kali Nay." kata Billa sambil memegangi pipinya yang merah bekas cubitan.
Naya menuju kearah Lila, sebenarnya Lila sudah tau maksud Naya menghampirinya. Dengan segera Lila memberikan sepucuk surat kepada Naya. Sebuah surat dengan warna merah dihiasi dengan bunga-bunga kecil. Naya heran dengan tingkah Lila, diterimanya surat itu dan segera ia baca.
Dear Naya,
Maaf Nay, kalau aku menghilang tiba-tiba. Maaf kalau mungkin aku membuatmu khawatir. Mungkin kamu menerima surat ini saat aku udah nggak ada. Sebenarnya aku suka kamu, aku sayang kamu, aku tertarik sama kamu sejak kita pertama bertemu. Kamu cuek, kamu nggak menilai orang dari fisik. Aku takut kalau aku mengakui perasaanku ini, kamu menolaknya. Kita baru kenal beberapa hari dan aku sudah berani menyukaimu itu mungkin alasannya aku takut. Tapi aku nggak bisa membohongi perasaanku. Aku Cinta Kamu. Aku harap kamu juga punya perasaan yang sama...
With Love,
Dikka Rafa Samodya
Naya hanya memandangi surat itu, ia menitikkan air mata. Dilihatnya bunga anggrek putih yang sudah layu dibalik surat itu. Bunga anggrek, bunga yang dia suka. Hanya Afa yang tau kalau dia suka bunga anggrek.
"Ini..." kata Naya sambil memegang anggrek putih.
"Itu.. Nay, Afa pindah ke jogja. Dia nitipin surat ini ke gue tiga hari lalu.. " kata Lila.
"Kok dia nggak bilang ke gue? Kok surat ini ada sama lo?" tanya Naya.
"Dia nggak mau lo nyariin dia, gue tetangganya. Dia juga pernah cerita sama gue tentang lo, waktu itu makan malam keluarga gue Afa diundang juga. Dia sempet curhat-curhat gitu. Beruntung ya lo, Afa itu suka sama lo melebihi temen or sahabat. Dia cinta sama lo, tapi keadaan keluarganya yang maksa dia buat nurut." jelas Lila.
"Lo tetangganya? Dia cerita sama lo... Yaampun Afa, lo nggak tau Fa, lo nggak tau. Gue juga sayang dia La.. Gue pengen ngomong ke dia tentang perasaan gue ini.. Gimana dong La?"
"Lo juga suka sama dia?" kata Lila.
Naya hanya mengangguk kecil, dia merasa kecewa karena ditinggalkan Afa yang sudah membagi kenangan bersamanya itu. MEskipun baru beberapa hari dia mengenalnya, tidak pernah secepat itu dia menyukai seseorang apalagi mencintainya. Tapi menurutnya Afa berbeda dari yang lainnya.
"Lila, dia kapan balik ke Bandung?" tanya Naya.
"Gue nggak tau Nay. Mungkin sampe dia sukses ngambil alih perusahaan papanya." jawab Lila.
---
7 tahun kemudian. Naya sudah menamatkan masa-masa belajarnya. Kini Naya sedang disibukkan dengan aktifitasnya mencari pekerjaan. Beberapa lamaran pekerjaan sudah dilampirkan, kini tinggal menunggu surat panggilan saja.
Setelha menunggu hampir 2 minggu, akhirnya Naya mendapat panggilan disalah satu perusahaan besar di Jogja. Naya segera meluncur ke Jogja, membawa barang-barang yang bisa ia gunakan selama tinggal di Jogja. Kebetulan Naya juga punya rumah diJogja saat dulu dia masih tinggal disana.
Tok..Tok..Tok..
Kuberanikan mengetuk pintu yang cukup elegant, sebuah suara menyambutku.
"Masuk" katanya. Kubuka pintu perlahan hembusan udara dingin segera menusuk kulitku. Kuberanikan melangkah kaki menuju hadapannya.
"Duduk" katanya masih dingin. Naya tidak bisa melihat wajahnya karena dia menunduk sedang membaca data tentang Naya.
"Arsya Renaya.." katanya sambil melepas kacamata tipis stylish miliknya itu.
"Iya pak.." jawab Naya.
"Sesuai data yang dilampirkan kamu diterima diperusahaan ini, kamu bisa bekerja muai sekarang?"
"Sekarang pak? Bisa tentu bisa."
"Satu lagi.. Apa kamu tidak ingat saya?"
"Hah.." Naya berusaha mengingat-ingat memori tentang orang yang ada didepannya itu. Tiba-tiba dia menyodorkan bunga anggrek dihadapan Naya sambil tersenyum. Naya mencoba mengingat bunga anggrek putih dan senyuman direktur yang khas dengan lesung pipitnya.
"Afa.." kata Naya sambil menunjuk Afa yang sekarang ada dihadapannya itu.
"Yes I am. Apa kabar?" kata Afa.
"Baik.. Lo kenapa ada disini?"
"Ini perusahaan papa gue.. Sorry gue ninggalin lo gitu aja. Emm tentang yang waktu itu gue-" kalimat Afa terputus ketika jari Naya sudah bersarang dibibir Afa.
"Gue maafin kok. Dan gue sebenernya juga suka sama lo, aneh emang gue suka sama orang yang baru gue kenal selama beberapa hari. Tapi itu kenyataannya. Sampai sekarang gue masih nunggu lo.."
"Jadi.. Lo juga suka sama gue?"
Naya hanya mengangguk malu. Afa menuju ke belakang Naya. Dia memeluk Naya dari belakang.
"Aku sudah nunggu kamu sejak dulu. I Love You Naya.. Would you be my girl friend?"
"Ya, I would.."
"Tengok sini..." kata Afa. Naya kemudian tengok ke arah Afa dan cups... Sebuah kecupan tepat dibibir Naya seakan menjadi obat kerinduan diantara mereka berdua. Cukup lama, mereka tak menghiraukan dimana mereka berada sekarang. Kenangan yang dulu sempat tertunda, kini bisa mereka teruskan dengan akhir yang bahagia.
"I'l never let you go.." kata mereka berdua bersamaan.
"I'l never let you go.." kata mereka berdua bersamaan.
Ketauan banget nggak nyambungnya...
ReplyDelete#PenulisAmatir