Popular Posts

Saturday, July 27, 2013

Two Days #6



 #6

“Bagaimana keadaannya dok?” sayup-sayup kudengar suara seorang laki-laki, terdengar asing ditelingaku. Bukan Edward tentunya, aku ingin memanggilnya. Tapi badanku masih terasa lemas.
“Kau sudah sadar?” Tanya laki-laki itu.
‘Wajah itu, sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi dimana?’ kataku dalam hati. Tiba-tiba aku merasa pusing.
“Hey? Minumlah, kau akan merasa baikan..” kata laki-laki itu sambil membantuku minum.
“Kau siapa? Aku dimana?” aku masih merasa lemas.
“Aku Lay, Lay Kristen Sawyer. Kau sekarang ada di rumah sakit Dr. Kirk. Kenapa kau hujan-hujanan didanau?”
“Edward! Dia disini, bawa aku padanya. Masalah itu kau tak perlu tahu..” aku segera memintanya untuk mengantarku keruangan Edward, dia segera mengambil kursi roda dan segera membantuku duduk disana.
“Terimakasih” ucapku singkat. Dia hanya mengangguk tersenyum manis. Senyuman itu mampu membuatku melayang.
Kami berdua menuju kamar Edward, sesampainya dikamar Edward. Aku kaget, ada banyak perawat yang mengerumuninya. Dua orang dokter terlihat tergesa-gesa. Aku tak tahu apa maksudnya semua ini.
“Apa maksudnya ini? Kenapa dengan Edward?” aku semakin bingung ada sejuta pertanyaan dikepalaku. Lay berusaha menenangkanku, dia mengusap-usap pundakku. Aku membalasnya dengan memegang tangannya yang berada dipundakku.
“Sabarlah, mungkin Edward sedang diperiksa. Tenanglah, sebaiknya kita menunggu disana.” Kata Lay, dia menunjuk sebuah bangku disana. Aku hanya mengangguk, sebuah jawaban yang cukup membuatnya mengerti.
“Bolehkah aku bertanya?” kata Lay dengan tatapan sayunya.
“Tentu” jawabku cukup singkat. Dia membalas dengan senyumnya yang manis. Perasaan tak karuan kembali menghinggapiku, jantungku serasa melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.
“Siapa Edward? Dan kenapa kau berteriak didanau seperti tadi?”
“Edward dia... Dia tinggal bersamaku baru dua hari ini. Dan.. mungkin belum saatnya aku memberitahumu.”
“Baiklah, aku tak akan memaksa. Siapa namamu? Aku belum tahu namamu sejak tadi. Dan kau tinggal dimana?”
“Aku Kayle Audine, aku tinggal di Green Black Pearl.”
“Kayle, kau pasti anak orang kaya, tinggal diperumahan idaman. Senangnya..”
“Tak seperti yang kau kira. Aku tinggal sendiri disana, orang tuaku sudah bercerai. Mereka hanya memberikan kelengkapan fasilitas, bukan kehangatan kasih sayang.” Aku menahan butiran kristal cair dari mataku mengalir. Lay berusaha menenangkanku, dia mengelus rambut panjangku yang tergerai.
“Lalu kau tinggal bersama siapa sekarang?”
“Aku tinggal bersama dua orang pembantuku dan Edward.”
“Diakah kekasihmu?” Lay menatapku, terlihat dari matanya tersimpan sejuta pertanyaan dipikirannya.
“Bukan, dia hanya orang yang aku sayang.”
“Kenapa bisa tinggal bersamamu? Maaf aku terlalu banyak bertanya..”
“Tak apa. Edward masih pelum sembuh total, dia menolongku waktu aku dirampok. Badannya terkena benturan keras, dan masih harus istirahat. Jadi aku paksa dia tinggal dirumahku, aku ingin merawatnya. Dan kuminta dia untuk menemaniku. Tapi sesuatu yang buruk terjadi, kami membunuh malam berdua. Sesuatu yang bodoh bukan, aku tak tahu. Aku tak bisa menolaknya, seperti ada yang mengendalikanku. Aku tak tahu kenapa, setiap pelukannya dan semua hal dilakukannya padaku aku merasa nyaman dan malah menikmatinya..” aku menjelaskan kejadian yang kami alami kepada Lay. Entah kenapa Lay baru saja aku kenal, tapi aku sudah merasa dekat dengannya. Berani menceritakan hal yang aku lakukan bersama Edward semalam, cukup frontal untuk orang yang baru aku kenal.
“Kau menyesal? Lalu kenapa Edward ada disini?”
“Entahlah. Tadi sewaktu pulang kuliah, wajahnya pucat. Dia segera masuk kekamarnya, tak lama setelah itu terdengar suara sesuatu jatuh. Dan benar saja Edward sudah tergeletak dengan darah segar yang mengalir dari hidungnya.” Airmataku tak bisa dibendung lagi, aku menangis sejadi-jadinya.

No comments:

Post a Comment