#3
“Hey..
Bangun sudah malam. Kayle, bangun..” kata Edward sambil
menggoyang-goyangkan kakiku agar aku segera bangun. Tapi sepertinya itu usaha
yang sia-sia, karena aku tak kunjung bangun. Memang aku terkenal susah
dibangunkan, harus ada yang mengelus telingaku jika akan bangun. Bibi yang
biasa memperlakukan aku seperti itu, dia sudah aku anggap seperti ibuku
sendiri.
“Emmm..” kataku sambil menutup wajahku
dengan selimut.
“Kayle! Bangun, katanya mau aku ajari.
Bangun Kayle!” kata Edward sambil menyibak selimutku.
Suara langkah kaki terdengar menuju
kamarku. Bibi, mungkin karena mendengar Edward yang teriak-teriak membangunkanku.
Aku tak begitu mendengar yang bibi katakan, samar-samar. Tapi setelah itu aku
merasa ada yang mengelus-elus telingaku. Rasanya bukan seperti tangan bibi, ini
lebih lebar, tapi halus. Nyaman aku dibuatnya, tapi aku segera terbangun.
“Hooaam..” aku menguap dan mendapati tangan
Edward masih ditelingaku. Bibi yang melihatku sudah terbangun segera
meninggalkan kami.
“Edward?!” kataku setengah tak percaya.
“Kayle, aku dari tadi berusaha
membangunkanmu tapi tak bisa. Untung bibi memberitahuku cara membangunkan bayi
besar ini.” Kata Edward dengan ketus.
“Ah.. Sudahlah. Aku sudah bangun, aku akan
mandi. Tunggu sebentar.” Dengan langkah gontai aku menuju kamar mandi. Selesai
mandi aku langsung keluar, lupa bahwa sekarang ada seorang laki-laki yang tinggal
bersamaku. Dan sekarang ini dia ada dikamarku.
“Oh.. Aaaa!” aku kaget saat mendapati
Edward melihatku hanya dibalutkan pakaian mandi warna merah. Kulihat dia hanya
memandang dengan tatapan kaget, ia hanya membulatkan mulutnya. Segera aku
kembali kekamar mandi dan mengganti baju.
“Sudah, ayo kita mulai.” Kataku mendekati
Edward yang sudah mengotak-atik buku dimeja belajarku.
“Sudah pakai baju?” kata Edward dingin
tanpa menoleh kearahku sedikitpun.
“Sudah..” kataku sambil memegang pundak
Edward dari belakang. Dia menengok, melihatku dari bawah sampai atas dan dari
raut wajahnya aku bisa mengerti kalau dia sedang menahan tawa.
“Kenapa kau menahan tawa seperti itu?”
tanyaku heran.
“Tidak.. Hanya saja. Lucu saja kau
berpakaian seperti itu.. Hahaha” kata Edward tertawa lepas. Aku memandangi
diriku dan benar saja dia tertawa. Malam itu aku hanya pakai hotpants biru dan
kaos oblong putih bertuliskan ‘I’m Sexy And I Know It’. Karena memang aku asal
mengambil. Wajahku memerah karena malu, aku menundukkan kepalaku.
“Hey, inikan dirumah. Terserah aku mau
berpakaian seperti apa. Apakah hanya karena kamu tinggal disini aku harus
menurutimu?” kataku agak ketus.
“Hei, kenapa kamu jadi marah? Aku tidak
menyuruhmu harus menurutiku. Lagi pula kau yang memaksaku tinggal disini.
Mengancam ayahku akan dipecat pula.” Katanya memalingkan wajah, membolak-balik
halaman buku yang ada dihadapannya itu.
“Yasudah, aku tidak marah. Tapi sekarang
aku malas mengerjakan tugas, aku sudah tidak niat lagi. Sebaiknya kita
refreshing saja. Ayo..” kataku sambil menarik tangan Edward menuju kebalkon
kamar.
“Kayle.. Tugasmu menumpuk, apa sempat kalau
harus refreshing segala? Sudahlah tidak usah.”
“Ini keinginanku. Pasti sempat kukerjakan
semua, ada kamu disini yang membantu.”
“Kalau tidak sempat bagaimana? Sudahlah
kerjakan saja.”
“Tidak sempat? Tinggal terima sanksi
sajalah. Apa susahnya? Palingan juga bayar denda.”
“Kayle.. Kau ini, jangan terlalu
menggampangkan. Pantas kalau kam-“ kata Edward terhenti, tanpa sadar aku
mencium bibirnya. Dia hanya terdiam, mungkin kaget. Seorang perempuan yang
menciumnya.
“Maaf..” satu kata yang terucap dari
mulutku setelah melepaskan ciuman. Aku melihat wajah Edward memerah, matanya
terbelalak seperti kaget.
“Kau… menciumku? Itu ciuman pertamaku, you
stole my first kiss..” kata Edward sambil memegangi bibirnya. Terlihat dia agak
shock dengan kejadian tadi.
“Ya.. me to. Aku tak tahu kenapa melakukan
itu.” Kudengar langkah kaki Edward menuju kearahku. Dia berdiri disampingku.
Kami melihat bintang yang bertaburan dilangit.
“Indah..” Kami bicara bersamaan, kami
saling menatap. Edward semakin mendekat, mendekat hingga akhirnya tak ada jarak
yang memisahkan kami. Kami membunuh malam itu berdua. Tak sadar dengan apa yang
kami lakukan, entah kenapa aku hanya mengikuti alur malam itu.
No comments:
Post a Comment