#4
Sayup-sayup kudengar sebuah suara berusaha
membangunkanku, diiringi dengan usapan lembut ditelingaku.Aku segera terbangun,
melihat Edward yang ada disebelahku dia hanya tersenyum. Aku membalas
senyumannya itu. Dalam hati aku berkata ‘Ya Tuhan.. Apa yang aku lakukan
semalam. Kenapa aku tak bisa memberontak justru malah sebaliknya. Maafkan aku
Tuhan..’.
“Aku mau siap-siap berangkat kuliah dulu, kau
juga. Kita bertemu dibawah..” aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Dari
ujung mataku terlihat Edward turun dari tempat tidur dan keluar kamarku.
Beberapa menit aku bersiap-siap. Aku segera
turun menuju ruang makan. Kudapati Edward sedang menyiapkan makanan dimeja.
Bibi hanya meletakkan minuman, dua gelas susu dan air putih.
“Sudah selesai? Sarapan dulu, aku yang
buatkan tadi..” kata Edward sambil menyiapkan sebuah bangku untukku
disebelahnya. Sejenak kami berusaha melupakan kejadian semalam.
“Benarkah? Aku tak tahu kau bisa memasak.” Ledekku,
segera aku duduk dan melahap makanan yang ada dimeja. Dan benar saja, makanan
ini enak.
“Iya, enak bukan?” kata Edward.
Aku hanya mengangguk saja, makanan ini
benar-benar enak. Aku iri padanya, aku seorang perempuan tidak bisa memasak,
sedangkan dia laki-laki tapi bisa memasak seenak ini. Aku ingat, hari ini dosen
killer itu mengajar, segera aku bergegas menuju garasi kulihat mamang baru
selesai menyiapkan mobil.
“Hey.. Jangan tergesa-gesa. Tunggu aku..”
kata Edward yang kemudian berlari kearahku.
“Motorku mana?” Tanya Edward masih
mencari-cari motornya.
“Sudahlah cepat masuk kemobil. Kita hampir
terlambat.” Kataku dari dalam mobil. Edward segera masuk kedalam mobil, tanpa
basi-basi langsung kutancapkan gas menuju kampus.
“Kayle.. Pelan-pelan, nyawaku ada padamu.”
Kata Edward, terlihat dari ujung mataku dia mengencangkan sabuk pengaman.
“Sampai. Ayo turun sebelum kita terlambat.”
Aku segera bergegas turun dari mobil.
“Kayle.. tunggu.” Kata Edward yang kemudian
berjalan disebelahku.
Dosen nampaknya sudah memulai aksinya.
Hanya aku dan Edward yang terlambat. Segera aku masuk diikuti Edward
dibelakangku, tampak seisi kelas melihat kami berdua. Tak terkecuali Bella, dia
melihatku dengan tatapan sinis.
“Kalian terlambat! Kayle, aku sudah
peringatkan kau berkali-kali. Dan aku sudah muak dengan semua alasanmu yang tak
masuk akal itu. Tapi Edward? Sejak kapan kau mulai terlambat datang. Jelaskan
alasanny?!” bentak dosen killer itu sebut saja Mr.O. Kulihat Edward shock, dia
mungkin tak pernah diomelisebelumnya. Menyandang mahasiswa teladan membuatnya
disegani banyak orang. Tak banyak orang yang membentaknya, bahkan hampir tidak
ada. Melihat Edward semakin gugup, aku berpikir untuk membantunya.
“Sudahlah sir. Yang penting sekarang dia
datang, dia hanya terlambat sekali saja bukan. Ini semua karena saya…” kataku
dengan suara agak berat.
“Baiklah jangan diulangi lagi, kalian
berdua silahkan duduk. Untuk kayle, saya tunggu diruangan saya nanti.”
“Baik sir..” kataku agak ketus, dari ujung
mata terlihhat Bella yang terus mengawasiku dia melihatku dengan tatapan sinis.
No comments:
Post a Comment