Popular Posts

Thursday, July 4, 2013

Antara Aku dan Mereka

Sejak dibangku kelas 8, mulailah cerita ini dibangun. Aku orangnya cuek bebek sama hal-hal yang kurang begitu menyentuh perasaanku, apalagi dicubit (apaan tuh!!). Aku mudah bergaul, mudah menerima keadaan, tidak terlalu mewah, tidak terlalu sombong. Ternyata … ada seseorang yang entah bagaimana ia selalu mendekam langkahku. Salah tingkah tingkah aku dibuat olehnya.
Waktu bergulir begitu cepatnya, aku tidak memberi harapan setitikpun kepadanya. Ia selalu mengusik langkahku, mencoba menggoyahkan tekadku, seperti --- (sensor) yang menghantuiku. Walaupun dia sudah tau bahwa disisi lain, ada seorang laki-laki yang aku idamkan, tapi ia tetap pada pendiriannya.
Hari pertama kelas 9 dimulai, kulihat daftar nama siswa didepan kelas. Yap… aku ada dikelas 9.1, duduk dibangku terdepan berharap menjadi pusat perhatian guru (bohong ding… sebenarnya hanya itu kursi yang tersisa, karena aku datang belakangan). Disini, dikelas ini, aku melihat ada mereka disana, bercanda dan tertawa, mereka terlihat sangat akrab. “Wah… pangeran idamanku ada disini” beberapa detik kemudian “What!! Si --- (sensor) juga ada disini!! Aduh gawat super gawat” gumamku dalam hati.
Si --- (sensor) menghampiriku, “hey… kamu juga dikelas ini ya?” “i..i..iya” jawabku ragu “aduh gawat banget… gimana ini?” Perjalananku untuk mendapatkan pangeran terhalang tembok raksasa yang super raksasa (waduh!! Segede apa ya...).
Sudah 1 bulan aku dikelas ini rasanya aneh, kadang aku merasa senang karena pangeranku ada didekatku, tapi disisi lain aku merasa kesal terhadap perlakuan si --- (sensor) yang sok kenal, sok dekat, sok melindungi, sok ngatur, dan sok-sok lainnya.
Terkadang pangeran idamanku ini ada disetiap aku membutuhkan seseorang untuk menemani. Tapi selalu saja si --- (sensor) mengganggu, datanglah sifat sok kenal, sok dekat dan sok melindungi miliknya itu, ada saja alasan agar dia bisa bersamaku. “sabar… sabar… ini semua cobaan dari Tuhan… hadapi saja dengan lapang dada” aku terus berkata seperti itu jika si --- (sensor) datang menghampiri. Aku merasa tidak enak pada pangeran idamanku yang selalu diganggu ketentramannya itu (weizt), tapi hebatnya dia bisa menghadapi cobaan ini dengan sabar.
Waktu kian berjalan, seperti biasa tiada hari disekolah aku lewati tanpa mendapat cobaan si --- (sensor) yang menyebalkan itu. Hari ke 216 aku belajar dikelas 9.1, itu adalah hari yang menyakitkan (rasanya lebih dari dicubit). “pangeranku kenapa kau meninggalkanku? Bukan dia tapi aku!! Aku selalu ada untukmu” kataku dalam hati. Aku melihat pangeran idamanku menyatakan perasaannya terhadap teman dekatku didepan semua orang yang ada dikelasku, semua orang disana bersorak “cie…cie… romantisnya…”. Aku kaget, aku sedih, hati ini rasanya seperti ditusuk-tusuk dengan garpu, aku pergi meninggalkan kelas sambil menangis tersedu-sedu, hingga akhirnya aku berhenti ditangga, dan ada seseorang yang memegang pundakku, aku berbalik ternyata dia adalah si --- (sensor) “loh… kenapa kamu kesini?” tanyaku sambil menangis “kamu suka sama dia?” aku hanya mengangguk “gitu toh… kamu yang sabar ya… semua pasti ada jawabnya, kamu hanya tinggal menunggu waktu yang tepat…” kenapa si --- (sensor) berbeda dari yang sebelumnya? Apa ini dia yang sebenarnya?” pandanganku mulai buram dan gelap, aku tidak sadarkan diri.
Begitu terbangun aku sudah berada disebuah ruangan, ternyata aku ada dirumah sakit. Beberapa saat kemudian teman-temanku datang menjenguk ”cepet sembuh ya… kita belajar bareng lagi…” aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan temanku. Aku melihat semua teman diruangan ini tetapi ada dua orang tidak aku lihat sejak tadi “teganya mereka”geramku dalam hati. Setelah semua pulang, si --- (sensor) tetap tinggal dirumah sakit menemaniku “kamu cepet sembuh ya… aku selalu ada buat kamu”. Kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu “ masuk” kataku. Dan ternyata mereka datang, sahabatku langsung memegang tanganku “maafkan aku… aku tidak bermaksud…” aku melepas pegangan tangan sahabat dekatku itu, aku tak bisa menahan tangis ini keluarlah air mata untuknya “sungguh aku tidak bermaksud untuk membuatmu kecewa, aku tidak tahu kalau kau sayang padanya…” sahabatku tidak bisa menahan tangis, aku memalingkan pandangan “jangan marah padaku, kau sahabatku satu-satunya, kau teman terbaikku untuk selama-lamanya… “ akhirnya aku memaafkan sahabatku itu dan aku berpelukan dengannya.
Suasana diruangan itu sangat sedih, mereka yang ada diruangan itu tidak bisa menahan sedih. Setelah beberapa hari diruangan itu aku kembali masuk sekolah ditemani si --- (sensor), “aku harus tegar…” aku menahan rasa sakit hati ini. Semua teman dikelas senang melihatku dapat belajar bersama disekolah lagi, termasuk kedua orang yang dulu aku benci.
Dan akhirnya Hari-hari disekolah aku jalani seperti biasa, si --- (sensor)yang nama aslinya adalah Arka, masih aktif menjahiliku dengan sikapnya yang penuh dengan kata sok itu dan kedua orang tadi menjalani hubungannya seperti layaknya orang menjalani suatu hubungan spesial. Tapi dari kejadian tadi aku jadi mempunyai sahabat sejati yang selalu ada disampingku. Jomblo itu bukan masalah…

“… selamat datang masa depan yang indah….”

No comments:

Post a Comment