"Apaaa..!!" Teriak mereka bersamaan.
"Ya nggak bisa gitu dong ma, pa, om. Kita kan belum saling mengenal, lagian Arka juga belum mau nikah. Arka mau berkarir dulu. Tolong mengertilah... " Kata Arka sambil menahan amarah.
"Pokoknya kamu harus mau Arka! Keputusan ini sudah bulat dan ini demi kebaikan kamu juga! Lihat kakak kamu, setelah dia menikah buktinya sekarang semakin sukses." Pak Atma emosi.
"Tapi pa-" belum sempat Arka menjelaskan, "Yaudah kalo om maunya begitu. Saya setuju." Sambung Oik dengan tatapan kecewa. Arka tercengan mendengarkan perkataan gadis yang dijodohkan dengannya itu.
"Jadi sudah jelas. Pernikahan ini akan segera dilaksanakan. Karena kalian berdua belum saling mengenal, kami beri waktu 1 minggu untuk berkenalan. Bagaimana Pak Atma dan Bu Ratna setuju?" Jelas Pak Adi ayah Oik, suasana hening sesaat, kemudian Pak Atma dan Bu Ratih mengangguk sambil tersenyum puas. Arka hanya menatap Oik sinis, Oik hanya menunduk sambil menggenggam erat tangannya.
skip---
Diruang keluarga rumah Arka. Arka tak bisa menerima hal ini, ia duduk sambil memegang kepalanya yang terasa berat, Oik hanya terdiam disofa dia masih menatap Arka yang kebingungan. Akhirnya Oik memberanikan diri untuk bicara,
"Emm.. Ar..ka. A.. aku bisa jelasin semua ini..." kali ini Oik menunduk dia takut emosi Arka meluap
"Jelasin SEKARANG!" bentak Arka menekankan kata 'sekarang'.
"Kamu tenang dulu?!" Oik agak membentak, ia menatap mata Arka dalam-dalam.
"Gimana bisa tenang coba kal-" Jari Oik sudah menahan bibir Arka, Arka terdiam
"Sssst.. Lo mau dengerin penjelasan gue nggak? Kalau mau, lo tenang." Oik melepaskan jarinya dari bibir.
"So, what's the problem?" ucap Arka menahan emosi.
"Jadi sebenernya kita dijodohin atas kehendak almarhumah bunda gue sebelum meninggal. Papa lo tuh sahabat ayah bundaku. Bunda pesen kalau umur gue udah 24 tahun gue harus nikah sama anaknya om Atma, dan om Atma itu papa lo. Jelas? Jadi mau nggak mau kita harus nurutin mandatnya bunda gue..." Jelas Oik.
"Tapi kan gue punya kak Elang" Arka menyangakal.
"Ini tuh pesen bunda gue sebelum meninggal. Inget-kan kakak lo itu udah nikah jauh sebelum bunda gue meninggal. Cuma lo yang bisa gue harapkan... Lo mau bunda gue meninggalnya penasaran terus menghantui lo selama 7 turunan gara-gara mandatnya nggak dipenuhin?"
"Oke fine... Aku terima perjodohan ini demi kamu dan mandat bundamu" Arka akhirnya menerima perjodohan ini, tapi dalam hati dia masih tidak terima.
"Makasih ka. Gue nggak tau mau gimana lagi seandainya nggak ada lo... Kalau aja bunda nggak meninggal secepat ini, mungkin kejadiannya nggak bakalan begini..." butiran kristal mulai mengaliri pipi Oik tanpa ia sadari.
"Udah lo nggak usah nangis, gue nerima perjodohan ini kok... Jangan nangis ya, gue ikutan nangis kalau lo nangis." Reflek Arka langsung memeluk Oik.
"Cowok kok cengeng sih..." kata Oik melepas pelukan Arka sambil mengusap kasar air matanya.
"Biarin, emang gue kalo lihat orang nangis bawaannya pengen nangis aja... hehehe. Gak boleh nangis lagi ya..." Arka sambil menunjukan jari kelingkingnya.
"Iya deh iya janji..." Oik mengaitkan jari kelingkingnya.
"Tapi gimana gue bisa jatuh cinta dalam seminggu?" Arka mengerutkan dahinya.
"Kalo masalah itu gue nggak tau, ya... Liat kedepannya aja." Oik sambil menaikkan pundaknya. Arka hanya mengangguk.
skip---
...Halo.. Iya yah...
...Kamu ntar nginep dirumahnya Arka selama 1 minggu ya buat apa itu namanya, emm PEKT apa
itu ik namanya?... suara Pak Adi dari seberang
itu ik namanya?... suara Pak Adi dari seberang
...PDKT ayah...
...Nah itu PDKT maksudnya, om Atma sama tante Ratna udah setuju. Nanti suruh Arka nganterin
kamu, udah malem soalnya...
kamu, udah malem soalnya...
...Iya yah. Tapi-...
...Nggak ada tapi-tapian...
...tut..tut..tut..tut...
'Ayah ayah...' gumam Oik dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.
"Hey Oik... Lo kenapa? Senyum-senyum sendiri... Kesambet lo?" ledek Arka sambil mengayunkan tangannya didepan muka Oik.
"Eh.. eh.. iya.." nyawa Oik belum sepenuhnya terkumpul.
"Hey kenapa lo? senyum-senyum ndiri..."
"Emm, nggak papa kok. Eh iya lo udah tau belum, soalnya kata ayah gue nginep disini selama seminggu..." kata Oik sambil memainkan BB-nya.
"Oh..." jawab Arka dingin "Terus lo gimana?"
"Gue mau siap-siap. Pulang dulu terus balik lagi kesini... Yaudah gue pulang dulu. Daa.." Oik langsung pergi, tapi lengannya ditahan Arka. Oik berbalik dengan tatapan bingung.
"Lo mau pulang naik apa?"
"Naik taksi lah... Masa ayah suruh jemput kesini kan nggak mungkin." Oik dengan tatapan innocentnya.
"Ini jam udah jam berapa Oik sayang? Jam segini taksi udah jarang, mending gue anter. Papa sama mama juga belum pulang... Udah lo nurut aja" Arka menggandeng Oik menuju garasi.
Oik masih terngiang-ngiang kata sayang yang diucapkan Arka tadi, 'secepat itukah?' gumam Oik dalam hati.
"Oik! cepetan masuk gih udah malem." kata Arka sudah didalam honda freednya.
"Eh.. Iya iya.." Oik segera masuk kedalam mobil.
-Diperjalanan-
"Mmm.. " Oik makan beberapa batang coklat.
"Lo makan coklat terus nggak takut gendut apa?"
"Gue itu mau makan coklat sebanyak apapun nggak bakalan gendut tau..."
"Oh" jawab Arka singkat
"Ka.. Kok lo nerima perjodohan ini sih? Emang lo nggak punya pacar gitu?" tanya Oik penuh ambisi.
"Kan demi lo dan bunda lo. Pacar? udah putus."
"Oh... Emangnya kenapa?"
"Bukan urusan lo lagi, udah deh nggak usah ngomongin dia. Muak gue" Oik hanya mengangguk mengerti.
"Dan lo emang nngak punya pacar apa?" lanjut Arka.
"Gue.. Pacar? Sama kaya lo, udah putus sekitar 8 bulan lalu. Gila aja masa dia berani cium cewek lain dihadapan gue yang masih berstatus PACARNYA" Oik menekankan "Terus nih ya.. Waktu putus gue tanya berapa kali dia selingkuh dari gue, gue pikir cuma satu atau dua kali. Ternyata 6 kali selingkuh, banyangin coba... Gila tuh orang..." jelas Oik panjang lebar.
"Oh, sayangnya gue nggak tanya tuh." respon Arka dingin.
"Ih emang rese lo. Tapi kenapa gue jadi curhat gini ya.. sorry..." Oik malu, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Nggak papa, curhat aja lagi... Trus gimana?"
"Makasih, yaudah gitu... Tapi sekarang gue udah punya penggantinya..."
"Siapa? Lebih ganteng dari gue nggak? Nggak mungkin deh kayaknya.." jawab Arka antusias.
"Kepedean lo..."
"Lo suka coklat?"
"I don't like chocolate. But my love just for chocolate." jelas Oik.
"Kenapa?"
"Coklat, mereka manis, selalu ada, nggak ngerepotin, dan nggak bakalan selingkuh. Dan mungkin Afa selingkuh dari gue nggak betah sama gue yang gila coklat. Semakin gue dilarang makan coklat, semakin gue ingin coklat" Oik kembali curhat.
"Oh, mungkin" jawab Arka singkat.
"Gak seru lo, dingin banget jadi orang."
"Terus?" Arka masih dingin.
"Tau.." Oik memalingkan wajahnya.
"Ih ngambek, udah sampek rumah lo nih siap-siap gih" Oik masih memalingkan wajahnya.
"Jangan ngambek dong... Yaudah gue minta maaf.." kata Arka dengan tatapan penyesalan. "Liat sini.." lanjut Arka. Oik akhirnya memalingkan wajahnya berhadapan dengan Arka, dilihatnya tatapan mata Arka yang teduh, bibir seksinya, hidung mancung, kulit putihnya.
Arka mendekatkan wajahnya ke wajah Oik.
Deg____ jantung Oik berdebar cepat tubuhnya terasa kaku untuk bisa digerakkan. Arka semakin mendekat. Tapi... bukannya Arka mencium Oik tapi dia malah berbisik di telinga Oik.
"Kalo makan jangan kaya anak kecil dong..." kata Arka sambil mengusap coklat yang belepotan dibibir rosy milik Oik.
"Udah masuk yuk, kamu siap-siap gih..." kembali Arka dengan tatapan teduhnya itu. Oik hanya diam, dia kaget dengan apa yang dilakukan Arka tadi.
skip---
"Udah selesai, pulang yuk..." ajak Oik setelah selesai beres-beres. Arka hanya mengangguk.
"Oh iya, pamit sama ayah..." Oik kembali menemui ayahnya sambil menepuk jidatnya. Arka hanya tersenyum melihat tingkah Oik.
"Ayaaah... Oik pamit dulu yah, ayah baik-baik dirumah, kalo ada apa-apa jangan lupa telpon ya..." kata Oik sambil memegang lengan ayahnya itu.
"Udah... kamu nggak usah khawatir berlebihan gitu. Kan dirumah ada mang Udin..." jelas ayah Oik sambil mengacakacak rambut Oik. "Justru kamu itu yang ayah khawatir..."
"Emang kenapa yah?" jawab Oik dengan tampang innocentnya.
"Kamu nanti yang bakal ngerepotin Arka..."
"Eh, enggak kok om.." sela Arka.
"Eitss kamu belum tau Oik, dia anaknya manja banget, cerewet, tukang ngambek, tapi kalo menghadapi masalah dia masih dewasa sih, terus jangan kaget kalau Oik gila coklat... Iya kan Oik?" jelas ayah Oik.
"Heheh.. Ayah jangan buka aib gitu dong, malu tau yah..." Oik menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Kalau gitu kita pamit dulu om, saya bakalan jaga Oik dengan 'sabar' kok..." Arka melakukan penekanan pada kata sabar sambil meledek Oik.
"Ya udah.. Hati-hati dijalan.. dan Oik.." Oik berbalik.
"Iya yah?"
"Jangan nakal loh.." ayah Oik sambil memainkan jari telunjuknya.
"Err.. iya ayahku tersayaaaang... Daa ayah" Oik melambaikan tangannya
"Daa.."
skip---
-Perjalanan pulang.-
"Ik.. lo kok bisa akrab banget sih sama ayah lo?" tanya Arka.
"Biasa aja lagi, soalnya semenjak bunda meninggal ayah selalu ngasih perhatian lebih ke gue..." Oik kembali makan beberapa coklat batangan.
"Oh.. enak ya bisa gitu.." Arka menghela nafas panjang
.
.
"Emang kenapa? Emang lo nggak apa?" dengan polosnya Oik bertanya.
"Hhhh... Boro-boro Ik... kak Elang aja kali yang ada dipikiran papa.."
"Yaudah yang sabar aja, mungkin papa lo punya alasan tertentu..."
"Mungkin, mungkin aja alasannya gue anak yang kurang ajar kali..." Arka menarik nafas dalam-dalam mencoba menahan sakit hatinya.
"Hus.. Lo nggak boleh bilang gitu. Papa lo sayang kok sama lo, cuman caranya pengungkapannya aja yang beda... Pasti, gue percaya kok kalau papa lo sayang sama lo..." jelas Oik sambil tersenyum manis kepada Arka.
"Iya Oik sayooong..." kata Arka sambil mencubit pipi Oik.
"Au.. Sakit tau.. Sayang? sejak kapan..?" Oik mengerutkan dahinya.
"Emm... Au ah gelap.."
"Iya deh Arkooong..."
"Ih apaan Arkong masa? Ngga ada yang lain apa??"
"Iya Arkong, emang Arkong. Kan Arka sayong..." Oik kembali menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Lo suka ya sama gue? hayoo ngaku.." Arka sambil menyenggol nyenggol lengan Oik.
"Ih apaan sih.."
"Tuh ketauan kan pipi lo merah tuh.." ledek Arka.
"Hah beneran?!" Oik memegangi kedua pipinya
sambil senyum-senyum sendiri.
"Ketahuan kan?"
"Ih Arka udah-udah.."
"Jadi suka pada pandangan pertama nih? Aku juga kok.." kata Arka sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Hah! Beneran Ka? Secepat itu..?" Oik melongo. Arka hanya mengangguk.
"Aduh.. Arka kita kan baru kenal.. Eh tapi tunggu-tunggu kenapa gue jadi cepet akrab gini ya sama lo, padahal biasanya kalau gue baru kenal seseorang pasti lama buat bisa akrab kaya gini... Tapi kita kan baru kenal. Kok bisa ya?" Oik sambil berpikir.
"Ikatan batin kali" jawab Arka kembali dingin.
"Mungkin." kata Oik sambil melihat coklat terakhir yang akan ia makan.
"Emm... Ka, lo mau coklat?" Oik memberikan sebatang coklat terakhirnya itu, tidak biasanya dia rela memberikan coklatnya kepada orang lain yang belum dia kenal baik-baik, kecuali itu memang dari hati.
"Nggak usah Ik makasih, lagian itu coklat terakhir lo kan? makan aja lagi..."
"Jangan nolak pemberian gue dong Ka... Gue tu paling nggak suka kalo ada orang nolak pemberian gue."
"Emang lo itu ya.. Udah makan aja... Gue nggak papa."
"Yaudah separoan. Jadi gue makan lo juga makan oke?" Oik membagi dua coklatnya itu.
"Heem iya deh..."
"Gitu dong, nih..." memberikan coklatnya kepada Arka.
"Nggak bisa Ik... Gue kan lagi nyetir."
"Oh iya" Oik menepuk jidatnya. "Aaaa.. Buka mulutnya dong, gue suapin deh.."
"Err.. Berasa anak kecil gue" Arka membuka mulutnya dan melahap coklat yang disuapkan Oik.
"Gitu kan enak... Udah lo nurut aja"
"Iya.. Iya.. " kata Arka sambil mengunyah coklat.
skip---
Kemudian sampailah mereka di rumah Arka.
"Sini non saya antar kekamar non Oik" kata bi Sumi mengantarkan Oik kekamarnya.
"Ini non kamarnya"
"Iya bi makasih.. dulu kamar siapa ini bi? Kesannya kok cowok banget."
"Ohh dulu ini kamar mas Elang non... Non Oik nggak suka ya?"
"Ehh nggak, nggak bi Oik suka kok."
"Yaudah non bi Sum balik dulu ya.."
"Iya bi.." Perlahan bi Sumi meninggalkan Oik..
"Lo suka kamarnya?" tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Oik.
"Eh Arka.. Suka kok suka.."
"Kalo nggak suka bilang aja, nggak usah sungkan. Lagian juga kamarnya udah nggak dipake kak Elang lagi kok." jelas Arka.
"Oh.. Emangnya kakak kamu sekarang dimana?"
"Dirumahnya sendiri lah. Kan udah nikah.."
"Kalo lo sendiri?" tanya Oik
"Gue kan mau dinikahin sama lo. Gimana sih Ik." Oik hanya tersenyum
"Maksud gue itu. Lo mau tinggal dimana abis ini?"
"Oh itu, gue punya apartemen."
"Emm yaudah gue mau beres-beres dulu.." Oik mengambil koper dan membongkar barang-barang didalamnya.
"Lo ngapain masih disini?" lanjut Oik.
"Mau bantuin lo beres-beres."
"Eh.. ng..nggak usah deh makasih.." sebenarnya Oik malu kalau 'barang' bawaannya dibongkar orang lain apalagi laki-laki.
"Udah, gue bantuin.." Arka hampir mengambil koper yang dibawa Oik tapi Oik segera mengalihkan perhatian.
"Eh.. Ka gue ada coklat tuh di koper satunya. Kalau lo mau ambil aja.."
"Oh" jawab Arka singkat. Sebenarnya Arka tau kenapa dia tidak boleh membantu membongkar koper yang dibawa Oik. Tapi memang lancang jika dia membongkar koper milik Oik itu.
"Itu kopernya ada di deket sofa..." kata Oik sambil menunjuk koper yang dimaksud. Arka hanya mengangguk.
"Banyak banget coklatnya."
"Buat persediaan aja kok, lo mau? ambil gih..."
"Satu ya Ik.."
"Banyak juga nggak papa kok"
Arka menghampiri Oik yang sudah selesai merapikan barangnya. Kemudian mereka duduk di masterbed yang ada ditengah-tengah kamar.
"Nih." Arka memberikan salah satu coklat yang dibawanya. "Temenin gue makan. Lo satu gue satu." lanjut Arka.
"Thanks ya..." kata Oik. Arka hanya mengangguk sambil memakan coklatnya itu.
Keduanya saling menatap sembari makan coklat masing-masing.
"Duh... kenapa gue jadi nervous gini ya. Ya ampun Arka.. Tatapan mata lo itu bikin gue tenang tau nggak." Gumam Oik dalam Hati sambil senyum-senyum sendiri.
"Lo kenapa?" tanya Arka penasaran melihat tingkah Oik.
"Ngga papa kok, coklat gue udah abis mau tidur gue.. Lo tidur gih coklat lo kan udah abis juga.. Kalo mau ambil lagi nggap papa kok.. Gue tidur dulu ya capek." Oik mengambil posisi tidur. Arka hanya melihat Oik, masih dengan tatapan teduhnya.
"Ik.." kata Arka mendekati Oik yang hampir tertidur.
"Apaa?" jawab Oik malas.
"Bibir lo tuh, masih ada coklatnya..." sambil menunjuk bibir Oik. Oik langsung duduk disebelah Arka.
"Mana Ka?" kata Oik sambil memegang-megang sekitar bibirnya. Arka masih terdiam, dia seperti memikirkan sesuatu.
"Itu.." sambil menunjuk bibir Oik.
"Au ah Ka. Bisa tolong bersihin? Ada tissue nggak?" pinta Oik dengan tampang innocent-nya.
"Nggak ada tissue dikamar ini. Gue bersihin pake cara gue ya?" jelas Arga ragu.
"Yaudah. Nih.." Oik memajukan wajahnya tepat didepan Arka. Arka kaget setengah tak percaya, dengan polosnya Oik mengiyakan. Arka semakin mendekat kebibir rosy Oik.
15 cm
10 cm
5 cm
0 cm
*cups Sesuatu yang lembut dan basah mendarat tepat dibibir Oik. Oik bisa merasakan lidah Arka yang bermain dibibirnya. Oik hanya terdiam kaget, lama kelamaan Oik menikmatinya. Matanya tertutup menikmati ciuman Arka.
5 menit
10 menit
15 menit
Arka melepaskan ciumannya. Masih menatap Oik dengan mata teduhnya itu. Oik hanya tersenyum kecil. Ia baru menyadari apa yang dimaksud Arka membersihkan dengan caranya.
"Sorry..." Arka menatap Oik dengan penuh penyesalan. Ia mengusap bibir Oik.
"Buat apa?" ucap Oik.
"Tadi-" belum sempat Arka melanjutkan. Jari Oik sudah dibibir Arka.
"Ssst... Lo berhak mendapatkannya." Oik melepaskan jarinya dari bibir Arka.
Keduanya saling berpelukan.
'Krieeek suara pintu terbuka.
"Oik kamu kok nggak ti-" mama Arka melihat kejadian itu hanya tersenyum.
"Mama.." ucap Arka santai sambil melepaskan pelukannya.
"Aduh tante, maafin Oik tante. Tadi itu..." Oik bingung akan menjelaskan apa pada tante Ratna.
"Udah nggak papa, tante maklum"
"Mama ngapain kesini?" sela Arka.
"Tadi mama liat kamar Oik lampunya masih nyala. Kirain lupa matiin lampu, mama masuk aja. Eh.. ternyata ada kamu." jelas mama Arka.
"Oh" jawab Arka dingin. Oik hanya menunduk, ia sangat malu. Sebelumnya belum pernah dia berciuman, meskipun dengan pacarnya sendiri. Tapi kenapa dia tidak berusah menolak ciuman Arka tadi, seperti
mereka sudah sangat dekat. Kejadian dua hari ini cukup membuat Oik bingung. Ia baru saja mengenal tapi.. 'Apakah kita jodoh?' kalimat itu masih terngiang dikepala Oik.
"Arka kamu mau tidur disini apa dikamarmu?" tanya mama Arka.
"Dikamarku lah ma.. Masa disini." Arka mulai beranjak dari masterbed Oik.
"Oh kirain..."
"Good nite Oik, have a nice dream ya.." ucap Arka sambil meninggalkan Oik.
"You too."
skip--
Pagi-pagi sekali Oik sudah bangun. Rencananya dia akan jalan-jalan disekitar rumah Arka. Oik akan mandi, tapi tiba-tiba lampu kamarnya mati. ---
Agak gaje sih..
ReplyDelete-__-