KESAN PERTAMA
Bel istirahat akan berakhir beberapa menit lagi. Naya harus segera membawa buku tugas teman-temannya keruang guru sebelum bel berbunyi. Jabatan ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini. Gubrak... Buku-buku yang dibawa Naya jatuh semua. Orang yang menabraknya entah lari kemana. Jangankan menolongnya, meminta maafpun tidak.
"Sial! Lari nggak pake mata apa.." gerutu Naya. Dengan wajah masam ia mulai jongkok dan merapikan buku-buku yang terjatuh. Belum selesai Naya merapikan terdengar suara langkah kaki datang menghampirinya.
"Kasian banget. Bukunya jatuh semua ya?" cemooh seorang cowok sengan senyum sinis. Sejenak Naya berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba melihat orang yang berani mencemoohnya. Ternyata dia lagi, cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu berantakan. Lalu Naya kembali merapikan buku-bukunya tanpa menjawab pertanyaan cowok tersebut.
Sepintas cowok itu menyernyitkan alisnya. Dia kembali termenung melihat perempuan yang ada didepannya tidak menanggapi. Biasanya kalau Naya terpancing dengan omongannya, dia akan perang mulut dan tak akan berhenti sebelum ada orang yang melerainya.
Teeet... Bel masuk sudah berbunyi.
"Maksud hati pengen bantu temen gue yang jelek ini. Tapi udah keburu bel. Jadi sorry nggak bisa bantu." Ucap cowok itu sambil menekan kata jelek ditengah kalimat. Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada didepannya itu. Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan mengejek atau mencemoohnya.
"Lo berubah..." kata cowok itu lalu pergi dari hadapan Naya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Naya sudah mengambil ancang-ancang. Dengan semangat 45 Naya mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri cowok itu.
"Aduuuuh..." pekik cowok tersebut sambil mengerang kesakitan.
"Makan tuh sakit." ejek Naya sambil membawa buku-buku yang tadi sempat berserakan. Senyum kemanangan menghiasi wajah cewek tinggi berambut ikal itu.
-----
"Naya.."
Naya mencari seseorang yang memanggilnya tadi. Dan ternyata itu Billa, sahabat Naya sejak SMP. Mungkin Billa tadi berlari hingga nafasnya terdengar ngos-ngosan.
"Nay, keterlaluan lo. Abis lo apain tadi si Tomi? Dia sampe ijin pulang segala, jalannya pincang lagi.." kata Billa sambil menyernyitkan alisnya memberi tatapan meminta penjelasan.
"Oh.. Sampe segitunya. Cuma gue tendang kok kakinya." jawab Naya santai sambil membagikan buku tugas kepada teman-temannya. Billa masih mengikuti Naya.
"Cuma! Lo bilang cuma, lo nendangnya pake tenaga dalam ya? Sampe segitunya... ckckck" kata Billa sambil menggeleng-gelengkan kepala. Naya hanya bisa terdiam, dalam hati dia juga merasa bersalah karena telah menendang Tomi sampai dia ijin pulang segala. Tapi segera ditepisnya semua pemikirannya itu.
Billa duduk dibangku sebelah Naya sambil menatap meminta penjelasan.
"Iya, iya, gue emang salah. Dia itu iseng banget, jail, rusuh pokoknya serba nyebelin. Lagian dia kok yang mulai duluan." jawab Naya ketus.
Perbincangan merekapun diakhiri karena ada seorang guru yang sudah masuk. Bu Rini guru sejarah yang mengajar pada jam pertama. Konon katanya setiap guru ini mengajar tak ada satupun murid yang mendengarkannya, alsannya karena guru ini menerangkan pelajarannya lama dan ngomongnya halus sekali bak putri solo. Tapi inilah kenyataannya
'Tok..tok..tok..' beberapa lama kemudian terdengar suara pintu kelas diketuk, diikuti dengan langkah kaki seseorang menuju kearah Bu Rini yang sedang mengajar.
Semua anak kelas 12-1 mengarahkan pandangannya ke sosok cowok yang ada didepan kelas itu. Sosok cowok yang ganteng, tinggi, dengan kulit hitam manis, dan sangat khas dengan kedua lesung pipinya. Semua cewek yang ada didalam kelas menjadi ricuh tak karuan, ada yang merapikan rambutnya, membenarkan lip gloss dibibirnya seolah-olah mereka ingin tampil perfect didepan cowok yang satu ini, termasuk Billa yang sedari tadi menata rambut dengan jepitannya itu. Tapi berbeda dengan Naya yang tampak cuek, dia sama sekali tidak merespon kedatangan cowok itu. Dia malah bersandar wajah dimeja dengan muka mengantuk.
"Perhatian semuanya... Jangan berisik... Harap tenang, kita kedatangan teman baru dari SMA Dharma Putra ayo silahkan perkenalkan diri kamu." Pinta Bu Rini kepada cowok itu.
"Halo semua, nama gue Dikka Rafa Samodya. Panggil aja Afa, asal sekolah gue SMA Dharma Putra disana sekolah khusus anak laki-laki jadi mohon bantuannya buat beradaptasi disini. Alasan gue pindah sekolah karena kerjaan orangtua gue. Sekian perkenalan dari gue, semoga kita bisa jadi temen baik." kata Afa dengan senyum khas lesung pipinya.
"Hai Afa... status lo sekarang apa?" teriak satu cewek yang duduk dibelakang, Lisa. Dia adalah ketua dari geng d'basonk yang ganjen terus tukang nglabrak. Dan dandanannya yang terkenal sangat berlebihan.
"Status? Status gue sampe sekarang single." jawab Afa singkat dengan sedikit senyuman yang manis.
"Aaaa.." teriak anggota geng d'basonk ganjen.
Satu kelas meneriaki mereka "Huuuu ganjen lo!" kecuali Naya.
"Sudah.. Sudah.. Silahkan kamu duduk disebelah Naya. Billa kamu pindah dibelakang disebelah tempat duduk Tomi." pinta Bu Rini kepada Afa. Afapun segera menuju tempat duduk itu.
"Yaah bu.. Kita kan sudah lama sebangku, masa suruh pisah sih?" kata Naya mendongakkan kepalanya.
"Sudah nurut saja. Kalian dikelas juga sering ngobrol sendiri, sebaiknya kalian berdua dipisahkan."
"Nayaaaa.. Jangan tinggalin gue ya..." kata Billa lebay. Padahal mereka masih satu kelas dan hanya pindah tempat duduk saja. Naya hanya menatap kecewa Bu Rini.
"Hai, gue boleh duduk disini?" pinta Afa kepada Naya.
"Biar bagaimanapun tempat duduk ini milik sahabat gue Billa. Pindah dibelakan aja sana.." kata Naya ketus.
"Sorry sebelumnya, tapi gue pengennya duduk disini bareng lo." kata Afa.
"Serah lo" jawab Naya singkat.
"Kenalin gue Afa. Nama lo siapa?" kata Afa sambil mengulurkan tangan kanannya kearah Naya.
"Naya" jawab Naya cuek dan dingin.
"Oke" Afa hanya memandangnya dengan senyum manis khas ala lesung pipitnya.
Afa heran melihat cewek yang satu ini. Dari awal dia masuk kelas hanya cewek ini yang terlihat cuek dan tak besuara sama-sekali. Dan hanya cewek inilah yang tak terpesona melihatnya.
-----
Keesokan harinya, seperti biasa ada pelajaran sejarah Bu Rini yang membosankan.
"Huuuuaaaaahh.. Ngantuk.." Naya meletakkan tasnya dengan malas. Jarang-jarang dia berangkat sepagi ini. Biasanya dia datang saat bel masuk sudah berbunyi.
"Hai.. pagi" sapa Afa.
"Pagi" jawab Naya singkat, padat dan jelas. Lalu dia menjatuhkan kepalanya diatas meja.
"Gue duduk disini ya?" tanya Afa pada Naya.
"Serah lo aja." jawab Naya sinis.
"Kok lo dari kemaren sinis banget sama gue? gue kan nanya baik-baik."
"Iya maaf. Abisnya lo nyebelin."
"Nyebelin?"
"Iya nyebelin.. sok cool, sok keren, sok ganteng, sok perfect."
"Hah?"
"Gak usah kaget gitu deh, udah nampak dari kesan pertama lo kesini. Gue tau para fans lo tuh udah pada dateng dari pagi. Kemaren aja waktu istirahat para fans lo udah pada dibangku gue. Sampe-sampe mereka pada mohon-mohon biar gue pindah dibelakang. Lo kira gue mau apa, dateng pagi-pagi begini itu biar merekan nggak nongkrong di bangku gue. Lagian bukan gue yang minta lo duduk dibangku sebelah gue."
Afa membatin. Dia sekarang mengerti kenapa Naya sinis kepadanya.
"Lo cemburu?" kata Afi menyelidik.
"Apa lo bilang? Cemburu? Idiuuw." jawab Naya sinis.
"Lo tuh manis, jangan marah-marah mulu napa. Biarin aja temen-temen lo bersikap seperti itu, toh itu juga bukan urusan lo kan Nay?"
"Iya iya.. Gue ngerti ini bukan urusan gue. Tapi tempat duduk gue nggak bisa di Hak Milikkan gitu aja. Gue nggak bakalan diem gitu aja. Mereka seenaknya ngusir-ngusir gue ketempat duduk belakang"
"Misalnya lo diusir. Gue bakalan tetep duduk diamping lo dimanapun lo duduk, kalo perlu mereka yang gue usir." Naya ternganga, dia tak percaya dengan apa yang dikatakan anak baru itu.
"Apa?!" kata Naya kaget.
-----
"Ayo masuk Tomi..." kata Bu Rini yang datang bersama Tomi.
"Iya Bu.." kata Tomi masih picang sambil menatap Naya sinis.
"Sudah pelajaran bisa dimulai sekarang.." kata Bu Rini kemudian melanjutkan pelajaran.
Bel istirahat sudah berbunyi. Bu Rini menyelesaikan cuap-cuapnya. Saatnya Naya dan Billa kekantin sekolah. Tapi...
"Nay! Tunggu..." kata Tomi menghampiri Naya dan Billa.
"Apa?" jawab Naya cuek.
"Tanggung jawab lo, liat nih kaki gue sampe sakit. Gue sampe ijin nggak ikut pelajaran kemaren." jelas Tomi sambil menunjuk kaki kirinya yang membiru dan bengkak.
"Ellah, orang lo duluan yang mulai. Siapa suruh lo nabrak gue sampe buku yang gue bawa jatuh semua pake ngejek gue segala lagi. Bilang aja kemaren lo ijin biar bisa pulang cepet kan?!" kata Naya menantang. Billa berusaha menenangkan sahabatnya itu, tapi nihil. Mereka berdua adu mulut juga.
"Apa lo bilang? enak aja lo. Lo tuh yang aneh, gue ngejek malah lo main fisik. Kalo lo nggak nendang gue, gue nggak bakalan begini."
"Itu sih Derita Lo... siapa suruh ngekjek gue. Kejadian kan tuh kaki lo tersayang jadi sasarn empuk buat gue."
"Dasar cewek aneh! Nendang pake tenaga dalam apa lo?!"
"Kalo iya emang kanapa? Biarin, lebih aneh juga lo.. Dasar cowok cengeng."
"Cewek aneeeeh!"
"Cowok cengeng.. Cowok cengeng.."
"Cewek aneh!"
"Cowok cengeng."
"Dasar cewek aneeeh! Au ah gelap.."
"Nggak berani kan lo sama gue?"
"Enak aja.. Biarpun semua orang udah tau kalo lo galaknya ngelebihin singa tap-" belum sempat Tomi melanjutkan kalimatnya.
"Enak aja lo nyamain gue kaya singa. Lo tuh emaknya singa.."
"Heeeh kalian udah berantemnya selesaaaaii!!" kata Afa menyela.
"Lo siapa?" tanya Tomi sambil mengerutkan alisnya.
"Oh iya kenalin gue Afa murid baru disini" kata Afa mngulurkan tangan kananya kepada Tomi.
"Gue Tomi. Ati-ati lo sama cewek aneh satu ini. Bisa-bisa lo jadi mayat hidup." kata Tomi sambil melirik Naya yang ada disebelahnya itu.
"Enak aja lo! Lo tuh mayat hidupnya" Naya membalas.
"Udaaaah stop berantem aja kalian kerjaannya. Kekantin aja yuk, keburu bel masuk nih.." kata Billa berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Gue ikutan dooong.. boleh ya..ya.." pinta Tomi.
"Kalo gini aja lo baik." kata Naya.
"Heehee lo rese sih" kata Tomi.
"Mulai lagi nih?" kata Naya menatap sinis Tomi.
"Kalian itu udah kebiasaan berantem apa?" kata Afa.
"Beuuuh, lo belum tau Fa. Setiap mereka ketemu pasti ujung-ujungnya nih berantem" kata Billa menekannkan kata berantem.
"Oke fine.. Buat menebus kesalahan gue. Kalian gue traktir deh.." kata Tomi.
"Beneran??" Naya dan Bella serempak. Afa hanya tersenyum melihat tingkah tiga orang yang bersamanya ini.
"Iya beneran. Sebelum gue berubah pikiran nih. Iya nggak Fa?" kata Tomi sambil merangkul Afa. Afa hanya mengangguk.
"Oke deh.." kata Naya.
"Lo mau tau nggak rahasianya Naya?" kata Tomi berbisik kepada Afa.
"Apaan?" kata Afa.
"Dia itu kalo ngambek sukanya makan. Jadi gue traktir dia itu biar nggak ngambek lagi. Apalagi kalo traktirnya es krim. Beuuuh manjur tuh." Kata Tomi sambil mengacungkan jempolnya.
-----
Bel pulang sudah berbunyi. Saatnya siswa SMA Budi Bangsa pulang. Terlihat geng d'basong menggoda Afa.
"Naya gue pulang duluan ya udah dijemput. Sorry nggak bisa bareng lo..." kata Billa meninggalkan Naya. Naya hanya mengangguk. Dia bingung mau pulang dengan siapa.
"Billa udah pulang, Tomi dipanggil Bu Rini. Bareng siapa gue pulangnya..?" Naya berbicara sendiri sambil menyusuri koridor sekolah. Dilihatnya Afa yang sedang digoda geng d'basong genit. Tatapan Afa seperti meminta pertolongan. Tapi Naya cuek saja, dia terus berjalan hingga akhirnya seseorang memanggilnya.
"Naya tungguin gue... Maaf ya temen-temen gue pulang dulu, udah ditunggu tuh." kata Afa meninggalkan geng genit itu menghampiri Naya.
"Apa.. Pake bilang gue nunggu lo segala lagi, gue nggak mau ambil resiko sama geng itu cuma gara-gara lo." kata Naya dingin.
"Yaelah, emang kenapa sih? lo takut?"
"Bukannya gitu. Secara digeng itu ada anaknya pemilih sekolahan ini.. Geng itu juga terkenal sama labrakan dan aksi nekat mereka. Gue nggak mau jadi korban mereka lagi." kata Naya menekankan kata lagi.
"Ohh. ntar gue lo bela deh.. Pulang bareng siapa lo?"
"Nggak tau.. Billa udah pulang tadi dijemput, Tomi dipanggil Bu Rini. Paling pulang sendiri.."
"Naik apa lo?"
"Nggak tau, angkot mungkin..."
"Bareng gue aja lagi, sekalian mau main dulu gue.."
"Ah nggak usah main deh, mau cepet pulang gue."
"Bentar aja suntuk gue dirumah sendirian."
"Yaudah, jangan lama-lama tapi."
"Oke.."
Mereka berdua sampai diparkiran. Semua mata melihat kearah mereka, memandang dengan tatapan iri. Afa memang anak baru disekolahnya. Dan katanya dia anak tunggal dari pemilik perusahaan terkenal diJakarta, meskipun begitu dia tidak sombong. Apalagi Afa memang sedang hangat dibicarakan oleh cewek-cewek disekolah mereka.
"Ayo naik.." kata Afa sambil mengenahan helm hitam miliknya.
"Lo liat nggak, mereka mandang kita sinis banget Fa."
"Mereka iri sama lo, udah diemin aja. Pakai helmnya dan pegangan."
"HAH! Apa pegangan sama lo? Nggak, gue nggak mau. Baru naik motor gede sama lo aja udah diliatin sampe segitunya apalagi pegangan sama lo. Bisa-bisa pas sekolah besok gue didemo sama cewek satu sekolahan."
"Bisa diem gak sih. Udah pegangan." pinta Afa pada Naya sambil meraih tangannya untuk dilingkarkan dipinggangnya.
"Ish... Lo emang nyebelin."
"Emang"
Mereka telah meninggalkan sekolah. Tak lama kemudian sampailah mereka disebuah taman. Disudut taman itu terdapat taman bunga yang indah. Hampir semua bunga ditaman itu sedang mekar, membuat mereka terpukau melihatnya.
"Waa keren banget.." kata Naya
"Iyaa..." jawab Afa mengeluarkan senyumnya yang khas dengan lesung pipitnya.
"Fa tapi ngapain kita kesini?" tanya Naya sambil menyernyitkan alisnya.
"Abis gue suntuk dirumah. Lo tau kan rumah yang disebrang sana? Itu rumah gue."
"Ooo..."
"Main kerumah gue yuk..."
"Ya.. terserah lo aja." Mereka berdua menuju rumah Afa. Begitu sampai didepan rumahnya tampak seorang satpam menghampiri Afa. Dan segera membukakan pintu pagar rumahnya.
"Den Afa.. Baru pulang den?" tanya satpam itu.
"Iya.. Oh iya mang tolong taruh motor saya digarasi."
"Baik den." Pak Sono satpam dirumah itu mengangguk.
"Ayo masuk Nay. Jangan kaget kalo dirumah gue sepi. Disini cuma ada pak Sono sama bibi yang selalu ada dirumah.
"Den Afa.. Baru pulang?" sapa bi Inah pembantu dirumahnya.
"Iya.. Bi ambilin minuman sama cemilan ya. Oh iya ini temen aku Naya kalo dia minta apa-apa layanin aja. Aku mau ganti baju dikamar dulu." kata Afa meninggalkan mereka berdua diruang keluarga. Bi Inah mengangguk.
"Non Naya mau minum apa?" tanya bi Inah.
"Nggak usah repot-repot bi.." jawab Naya.
"Nggak boleh gitu non, non disini kan tamu. Saya ambilkan minuman dingin aja ya non sama cemilan."
"Iya.. Satu lagi."
"Apa non?"
"Jangan panggil saya non bi. Panggil aja Naya, anggap saya seperti anak bibi saja."
Afapun keluar dengan membawa bola basket kesayangannya. Mereka berada dihalaman belakang rumah Afa. Naya memandangi Afa yang sedang bermain basket. Dia membisu memandangi Afi, dia baru sadar kalau ternyata cowok yang ada dipennya ini begitu baik dan lembut, ganteng pula 'dulu gue kemana aja' batin Naya. Naya tak pernah memandang cowok dengan sebelah mata. Dia memandang cowok dari sikap dan kepribadiannya, itu lebih penting baginya.
Afa menghampiri Naya yang sedang duduk dan asyik makan cake strawberry-nya.
"Enak nggak cake-nya?" tanya Afa.
"Hmm.. Iya enak. Gue emang suka cake strawberry sama es krim." jelas Naya.
"Iya gue tau kok. Kan gue temen sebangku lo. Walaupun gue baru kenal lo baru beberapa hari ini. Kaya anak kecil aja.." kata Afa sambil mengacak-acak poni Naya.
"Apa sih Fa.. Jangan iseng deh.."
"Lo gak mau ini cake-nya?"
"Udah lo aja... Kalo mau es krim ambil tuh dikulkas, anggep aja rumah sendiri.." kembali Afa meuju lapangan bermain basket lagi.
"Nay ayo dong main basket..." ajak Afa.
"Gue nggak bisa tau"
"Yaudah sini, gue tau lo nggak bisa main basket. Ketauan kok dari tampang lo ngeliatin gue tadi. Terpesona ya? Hahaha" Afa tertawa.
"Dih apaan sih." wajah Naya memerah dan pipinya Merah padam.
"Bercanda kok Nay. Udah masukin bolanya ke ring, tangan lo harus sejajar sama dahi. Pasti masuk kok."
"Ih ga bisa gue ga bisa."
"Coba, lo pasti bisa."
Nayapun mencoba memasukkan bola ke-ring. Dan ternyata bola itu masuk. Mereka bermain hingga larut sore. Ditempat itulah menjadi saksi bisu mereka berdua.
===>