Popular Posts

Friday, June 28, 2013

When He Goes Wrong #1

KESAN PERTAMA

Bel istirahat akan berakhir beberapa menit lagi. Naya harus segera membawa buku tugas teman-temannya keruang guru sebelum bel berbunyi. Jabatan ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini. Gubrak... Buku-buku yang dibawa Naya jatuh semua. Orang yang menabraknya entah lari kemana. Jangankan menolongnya, meminta maafpun tidak.

"Sial! Lari nggak pake mata apa.." gerutu Naya. Dengan wajah masam ia mulai jongkok dan merapikan buku-buku yang terjatuh. Belum selesai Naya merapikan terdengar suara langkah kaki datang menghampirinya.

"Kasian banget. Bukunya jatuh semua ya?" cemooh seorang cowok sengan senyum sinis. Sejenak Naya berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba melihat orang yang berani mencemoohnya. Ternyata dia lagi, cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu berantakan. Lalu Naya kembali merapikan buku-bukunya tanpa menjawab pertanyaan cowok tersebut.

Sepintas cowok itu menyernyitkan alisnya. Dia kembali termenung melihat perempuan yang ada didepannya tidak menanggapi. Biasanya kalau Naya terpancing dengan omongannya, dia akan perang mulut dan tak akan berhenti sebelum ada orang yang melerainya.

Teeet... Bel masuk sudah berbunyi.
"Maksud hati pengen bantu temen gue yang jelek ini. Tapi udah keburu bel. Jadi sorry nggak bisa bantu." Ucap cowok itu sambil menekan kata jelek ditengah kalimat. Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada didepannya itu. Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan mengejek atau mencemoohnya.

"Lo berubah..." kata cowok itu lalu pergi dari hadapan Naya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Naya sudah mengambil ancang-ancang. Dengan semangat 45 Naya mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri cowok itu.
"Aduuuuh..." pekik cowok tersebut sambil mengerang kesakitan.
"Makan tuh sakit." ejek Naya sambil membawa buku-buku yang tadi sempat berserakan. Senyum kemanangan menghiasi wajah cewek tinggi berambut ikal itu.

-----

"Naya.."
Naya mencari seseorang yang memanggilnya tadi. Dan ternyata itu Billa, sahabat Naya sejak SMP. Mungkin Billa tadi berlari hingga nafasnya terdengar ngos-ngosan.
"Nay, keterlaluan lo. Abis lo apain tadi si Tomi? Dia sampe ijin pulang segala, jalannya pincang lagi.." kata Billa sambil menyernyitkan alisnya memberi tatapan meminta penjelasan.

"Oh.. Sampe segitunya. Cuma gue tendang kok kakinya." jawab Naya santai sambil membagikan buku tugas  kepada teman-temannya. Billa masih mengikuti Naya.
"Cuma! Lo bilang cuma, lo nendangnya pake tenaga dalam ya? Sampe segitunya... ckckck" kata Billa sambil menggeleng-gelengkan kepala. Naya hanya bisa terdiam, dalam hati dia juga merasa bersalah karena telah menendang Tomi sampai dia ijin pulang segala. Tapi segera ditepisnya semua pemikirannya itu.

Billa duduk dibangku sebelah Naya sambil menatap meminta penjelasan.
"Iya, iya, gue emang salah. Dia itu iseng banget, jail, rusuh pokoknya serba nyebelin. Lagian dia kok yang mulai duluan." jawab Naya ketus.

Perbincangan merekapun diakhiri karena ada seorang guru yang sudah masuk. Bu Rini guru sejarah yang mengajar pada jam pertama. Konon katanya setiap guru ini mengajar tak ada satupun murid yang mendengarkannya, alsannya karena guru ini menerangkan pelajarannya lama dan ngomongnya halus sekali bak putri solo. Tapi inilah kenyataannya

'Tok..tok..tok..' beberapa lama kemudian terdengar suara pintu kelas diketuk, diikuti dengan langkah kaki seseorang menuju kearah Bu Rini yang sedang mengajar.
Semua anak kelas 12-1 mengarahkan pandangannya ke sosok cowok yang ada didepan kelas itu. Sosok cowok yang ganteng, tinggi, dengan kulit hitam manis, dan sangat khas dengan kedua lesung pipinya. Semua cewek yang ada didalam kelas menjadi ricuh tak karuan, ada yang merapikan rambutnya, membenarkan lip gloss dibibirnya seolah-olah mereka ingin tampil perfect didepan cowok yang satu ini, termasuk Billa yang sedari tadi menata rambut dengan jepitannya itu. Tapi berbeda dengan Naya yang tampak cuek, dia sama sekali tidak merespon kedatangan cowok itu. Dia malah bersandar wajah dimeja dengan muka mengantuk.

"Perhatian semuanya... Jangan berisik... Harap tenang, kita kedatangan teman baru dari SMA Dharma Putra ayo silahkan perkenalkan diri kamu." Pinta Bu Rini kepada cowok itu.
"Halo semua, nama gue Dikka Rafa Samodya. Panggil aja Afa, asal sekolah gue SMA Dharma Putra disana sekolah khusus anak laki-laki jadi mohon bantuannya buat beradaptasi disini. Alasan gue pindah sekolah karena kerjaan orangtua gue. Sekian perkenalan dari gue, semoga kita bisa jadi temen baik." kata Afa dengan senyum khas lesung pipinya.
"Hai Afa... status lo sekarang apa?" teriak satu cewek yang duduk dibelakang, Lisa. Dia adalah ketua dari geng d'basonk yang ganjen terus tukang nglabrak. Dan dandanannya yang terkenal sangat berlebihan.
"Status? Status gue sampe sekarang single." jawab Afa singkat dengan sedikit senyuman yang manis.
"Aaaa.." teriak anggota geng d'basonk ganjen. 
Satu kelas meneriaki mereka "Huuuu ganjen lo!" kecuali Naya.

"Sudah.. Sudah.. Silahkan kamu duduk disebelah Naya. Billa kamu pindah dibelakang disebelah tempat duduk Tomi." pinta Bu Rini kepada Afa. Afapun segera menuju tempat duduk itu.
"Yaah bu.. Kita kan sudah lama sebangku, masa suruh pisah sih?" kata Naya mendongakkan kepalanya.
"Sudah nurut saja. Kalian dikelas juga sering ngobrol sendiri, sebaiknya kalian berdua dipisahkan."
"Nayaaaa.. Jangan tinggalin gue ya..." kata Billa lebay. Padahal mereka masih satu kelas dan hanya pindah tempat duduk saja. Naya hanya menatap kecewa Bu Rini.
"Hai, gue boleh duduk disini?" pinta Afa kepada Naya.
"Biar bagaimanapun tempat duduk ini milik sahabat gue Billa. Pindah dibelakan aja sana.." kata Naya ketus.
"Sorry sebelumnya, tapi gue pengennya duduk disini bareng lo." kata Afa.
"Serah lo" jawab Naya singkat.
"Kenalin gue Afa. Nama lo siapa?" kata Afa sambil mengulurkan tangan kanannya kearah Naya.
"Naya" jawab Naya cuek dan dingin.
"Oke" Afa hanya memandangnya dengan senyum manis khas ala lesung pipitnya.
Afa heran melihat cewek yang satu ini. Dari awal dia masuk kelas hanya cewek ini yang terlihat cuek dan tak besuara sama-sekali. Dan hanya cewek inilah yang tak terpesona melihatnya.

-----

Keesokan harinya, seperti biasa ada pelajaran sejarah Bu Rini yang membosankan.
"Huuuuaaaaahh.. Ngantuk.." Naya meletakkan tasnya dengan malas. Jarang-jarang dia berangkat sepagi ini. Biasanya dia datang saat bel masuk sudah berbunyi.
"Hai.. pagi" sapa Afa.
"Pagi" jawab Naya singkat, padat dan jelas. Lalu dia menjatuhkan kepalanya diatas meja.
"Gue duduk disini ya?" tanya Afa pada Naya.
"Serah lo aja." jawab Naya sinis.
"Kok lo dari kemaren sinis banget sama gue? gue kan nanya baik-baik."
"Iya maaf. Abisnya lo nyebelin."
"Nyebelin?"
"Iya nyebelin.. sok cool, sok keren, sok ganteng, sok perfect."
"Hah?"
"Gak usah kaget gitu deh, udah nampak dari kesan pertama lo kesini. Gue tau para fans lo tuh udah pada dateng dari pagi. Kemaren aja waktu istirahat para fans lo udah pada dibangku gue. Sampe-sampe mereka pada mohon-mohon biar gue pindah dibelakang. Lo kira gue mau apa, dateng pagi-pagi begini itu biar merekan nggak nongkrong di bangku gue. Lagian bukan gue yang minta lo duduk dibangku sebelah gue."
Afa membatin. Dia sekarang mengerti kenapa Naya sinis kepadanya.
"Lo cemburu?" kata Afi menyelidik.
"Apa lo bilang? Cemburu? Idiuuw." jawab Naya sinis.
"Lo tuh manis, jangan marah-marah mulu napa. Biarin aja temen-temen lo bersikap seperti itu, toh itu juga bukan urusan lo kan Nay?"
"Iya iya.. Gue ngerti ini bukan urusan gue. Tapi tempat duduk gue nggak bisa di Hak Milikkan gitu aja. Gue nggak bakalan diem gitu aja. Mereka seenaknya ngusir-ngusir gue ketempat duduk belakang"
"Misalnya lo diusir. Gue bakalan tetep duduk diamping lo dimanapun lo duduk, kalo perlu mereka yang gue usir." Naya ternganga, dia tak percaya dengan apa yang dikatakan anak baru itu.
"Apa?!" kata Naya kaget.

-----

"Ayo masuk Tomi..." kata Bu Rini yang datang bersama Tomi.
"Iya Bu.." kata Tomi masih picang sambil menatap Naya sinis.
"Sudah pelajaran bisa dimulai sekarang.." kata Bu Rini kemudian melanjutkan pelajaran.

Bel istirahat sudah berbunyi. Bu Rini menyelesaikan cuap-cuapnya. Saatnya Naya dan Billa kekantin sekolah. Tapi...
"Nay! Tunggu..." kata Tomi menghampiri Naya dan Billa.
"Apa?" jawab Naya cuek.
"Tanggung jawab lo, liat nih kaki gue sampe sakit. Gue sampe ijin nggak ikut pelajaran kemaren." jelas Tomi sambil menunjuk kaki kirinya yang membiru dan bengkak.
"Ellah, orang lo duluan yang mulai. Siapa suruh lo nabrak gue sampe buku yang gue bawa jatuh semua pake ngejek gue segala lagi. Bilang aja kemaren lo ijin biar bisa pulang cepet kan?!" kata Naya menantang. Billa berusaha menenangkan sahabatnya itu, tapi nihil. Mereka berdua adu mulut juga.
"Apa lo bilang? enak aja lo. Lo tuh yang aneh, gue ngejek malah lo main fisik. Kalo lo nggak nendang gue, gue nggak bakalan begini."
"Itu sih Derita Lo... siapa suruh ngekjek gue. Kejadian kan tuh kaki lo tersayang jadi sasarn empuk buat gue."
"Dasar cewek aneh! Nendang pake tenaga dalam apa lo?!"
"Kalo iya emang kanapa? Biarin, lebih aneh juga lo.. Dasar cowok cengeng."
"Cewek aneeeeh!"
"Cowok cengeng.. Cowok cengeng.."
"Cewek aneh!"
"Cowok cengeng."
"Dasar cewek aneeeh! Au ah gelap.."
"Nggak berani kan lo sama gue?"
"Enak aja.. Biarpun semua orang udah tau kalo lo galaknya ngelebihin singa tap-" belum sempat Tomi melanjutkan kalimatnya.
"Enak aja lo nyamain gue kaya singa. Lo tuh emaknya singa.."

"Heeeh kalian udah berantemnya selesaaaaii!!" kata Afa menyela.
"Lo siapa?" tanya Tomi sambil mengerutkan alisnya.
"Oh iya kenalin gue Afa murid baru disini" kata Afa mngulurkan tangan kananya kepada Tomi.
"Gue Tomi. Ati-ati lo sama cewek aneh satu ini. Bisa-bisa lo jadi mayat hidup." kata Tomi sambil melirik Naya yang ada disebelahnya itu.
"Enak aja lo! Lo tuh mayat hidupnya" Naya membalas.
"Udaaaah stop berantem aja kalian kerjaannya. Kekantin aja yuk, keburu bel masuk nih.." kata Billa berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Gue ikutan dooong.. boleh ya..ya.." pinta Tomi.
"Kalo gini aja lo baik." kata Naya.
"Heehee lo rese sih" kata Tomi.
"Mulai lagi nih?" kata Naya menatap sinis Tomi.
"Kalian itu udah kebiasaan berantem apa?" kata Afa.
"Beuuuh, lo belum tau Fa. Setiap mereka ketemu pasti ujung-ujungnya nih berantem" kata Billa menekannkan kata berantem.
"Oke fine.. Buat menebus kesalahan gue. Kalian gue traktir deh.." kata Tomi.
"Beneran??" Naya dan Bella serempak. Afa hanya tersenyum melihat tingkah tiga orang yang bersamanya ini.
"Iya beneran. Sebelum gue berubah pikiran nih. Iya nggak Fa?" kata Tomi sambil merangkul Afa. Afa hanya mengangguk.
"Oke deh.." kata Naya.

"Lo mau tau nggak rahasianya Naya?" kata Tomi berbisik kepada Afa.
"Apaan?" kata Afa.
"Dia itu kalo ngambek sukanya makan. Jadi gue traktir dia itu biar nggak ngambek lagi. Apalagi kalo traktirnya es krim. Beuuuh manjur tuh." Kata Tomi sambil mengacungkan jempolnya.

-----
Bel pulang sudah berbunyi. Saatnya siswa SMA Budi Bangsa pulang. Terlihat geng d'basong menggoda Afa.
"Naya gue pulang duluan ya udah dijemput. Sorry nggak bisa bareng lo..." kata Billa meninggalkan Naya. Naya hanya mengangguk. Dia bingung mau pulang dengan siapa.
"Billa udah pulang, Tomi dipanggil Bu Rini. Bareng siapa gue pulangnya..?" Naya berbicara sendiri sambil menyusuri koridor sekolah. Dilihatnya Afa yang sedang digoda geng d'basong genit. Tatapan Afa seperti meminta pertolongan. Tapi Naya cuek saja, dia terus berjalan hingga akhirnya seseorang memanggilnya.
"Naya tungguin gue... Maaf ya temen-temen gue pulang dulu, udah ditunggu tuh." kata Afa meninggalkan geng genit itu menghampiri Naya.
"Apa.. Pake bilang gue nunggu lo segala lagi, gue nggak mau ambil resiko sama geng itu cuma gara-gara lo." kata Naya dingin.
"Yaelah, emang kenapa sih? lo takut?"
"Bukannya gitu. Secara digeng itu ada anaknya pemilih sekolahan ini.. Geng itu juga terkenal sama labrakan dan aksi nekat mereka. Gue nggak mau jadi korban mereka lagi." kata Naya menekankan kata lagi.
"Ohh. ntar gue lo bela deh.. Pulang bareng siapa lo?"
"Nggak tau.. Billa udah pulang tadi dijemput, Tomi dipanggil Bu Rini. Paling pulang sendiri.."
"Naik apa lo?"
"Nggak tau, angkot mungkin..."
"Bareng gue aja lagi, sekalian mau main dulu gue.."
"Ah nggak usah main deh, mau cepet pulang gue."
"Bentar aja suntuk gue dirumah sendirian."
"Yaudah, jangan lama-lama tapi."
"Oke.."

Mereka berdua sampai diparkiran. Semua mata melihat kearah mereka, memandang dengan tatapan iri. Afa memang anak baru disekolahnya. Dan katanya dia anak tunggal dari pemilik perusahaan terkenal diJakarta, meskipun begitu dia tidak sombong. Apalagi Afa memang sedang hangat dibicarakan oleh cewek-cewek disekolah mereka.
"Ayo naik.." kata Afa sambil mengenahan helm hitam miliknya.
"Lo liat nggak, mereka mandang kita sinis banget Fa."
"Mereka iri sama lo, udah diemin aja. Pakai helmnya dan pegangan." 
"HAH! Apa pegangan sama lo? Nggak, gue nggak mau. Baru naik motor gede sama lo aja udah diliatin sampe segitunya apalagi pegangan sama lo. Bisa-bisa pas sekolah besok gue didemo sama cewek satu sekolahan."
"Bisa diem gak sih. Udah pegangan." pinta Afa pada Naya sambil meraih tangannya untuk dilingkarkan dipinggangnya.
"Ish... Lo emang nyebelin."
"Emang"

Mereka telah meninggalkan sekolah. Tak lama kemudian sampailah mereka disebuah taman. Disudut taman itu terdapat taman bunga yang indah. Hampir semua bunga ditaman itu sedang mekar, membuat mereka terpukau melihatnya.

"Waa keren banget.." kata Naya
"Iyaa..." jawab Afa mengeluarkan senyumnya yang khas dengan lesung pipitnya.
"Fa tapi ngapain kita kesini?" tanya Naya sambil menyernyitkan alisnya.
"Abis gue suntuk dirumah. Lo tau kan rumah yang disebrang sana? Itu rumah gue."
"Ooo..."
"Main kerumah gue yuk..."
"Ya.. terserah lo aja." Mereka berdua menuju rumah Afa. Begitu sampai didepan rumahnya tampak seorang satpam menghampiri Afa. Dan segera membukakan pintu pagar rumahnya.

"Den Afa.. Baru pulang den?" tanya satpam itu.
"Iya.. Oh iya mang tolong taruh motor saya digarasi."
"Baik den." Pak Sono satpam dirumah itu mengangguk.

"Ayo masuk Nay. Jangan kaget kalo dirumah gue sepi. Disini cuma ada pak Sono sama bibi yang selalu ada dirumah.
"Den Afa.. Baru pulang?" sapa bi Inah pembantu dirumahnya.
"Iya.. Bi ambilin minuman sama cemilan ya. Oh iya ini temen aku Naya kalo dia minta apa-apa layanin aja. Aku mau ganti baju dikamar dulu." kata Afa meninggalkan mereka berdua diruang keluarga. Bi Inah mengangguk.
"Non Naya mau minum apa?" tanya bi Inah.
"Nggak usah repot-repot bi.." jawab Naya.
"Nggak boleh gitu non, non disini kan tamu. Saya ambilkan minuman dingin aja ya non sama cemilan."
"Iya.. Satu lagi."
"Apa non?" 
"Jangan panggil saya non bi. Panggil aja Naya, anggap saya seperti anak bibi saja."

Afapun keluar dengan membawa bola basket kesayangannya. Mereka berada dihalaman belakang rumah Afa. Naya memandangi Afa yang sedang bermain basket. Dia membisu memandangi Afi, dia baru sadar kalau ternyata cowok yang ada dipennya ini begitu baik dan lembut, ganteng pula 'dulu gue kemana aja' batin Naya. Naya tak pernah memandang cowok dengan sebelah mata. Dia memandang cowok dari sikap dan kepribadiannya, itu lebih penting baginya.

Afa menghampiri Naya yang sedang duduk dan asyik makan cake strawberry-nya.
"Enak nggak cake-nya?" tanya Afa.
"Hmm.. Iya enak. Gue emang suka cake strawberry sama es krim." jelas Naya.
"Iya gue tau kok. Kan gue temen sebangku lo. Walaupun gue baru kenal lo baru beberapa hari ini. Kaya anak kecil aja.." kata Afa sambil mengacak-acak poni Naya.
"Apa sih Fa.. Jangan iseng deh.."
"Lo gak mau ini cake-nya?"
"Udah lo aja... Kalo mau es krim ambil tuh dikulkas, anggep aja rumah sendiri.." kembali Afa meuju lapangan bermain basket lagi.

"Nay ayo dong main basket..." ajak Afa.
"Gue nggak bisa tau"
"Yaudah sini, gue tau lo nggak bisa main basket. Ketauan kok dari tampang lo ngeliatin gue tadi. Terpesona ya? Hahaha" Afa tertawa.
"Dih apaan sih." wajah Naya memerah dan pipinya Merah padam.
"Bercanda kok Nay. Udah masukin bolanya ke ring, tangan lo harus sejajar sama dahi. Pasti masuk kok." 
"Ih ga bisa gue ga bisa."
"Coba, lo pasti bisa."
Nayapun mencoba memasukkan bola ke-ring. Dan ternyata bola itu masuk. Mereka bermain hingga larut sore. Ditempat itulah menjadi saksi bisu mereka berdua.

===>

Thursday, June 27, 2013

Say Love, By Prwesthi


Takdir, aku percaya itu sepenuhnya.Pertemuan dan perpisahan, adalah bagian dari takdir. Tak ubahnya kebahagiaan yang menghampirimu saat kau bersama orang yang kau sayangi. Tapi saat takdir itu membuatku menangis, jatuh, terpuruk, aku tak ingin mempercayainya, aku ingin percaya bahwa itu hanyalah suatu kebetulan. Tapi nyatanya, di dunia ini tidak ada kebetulan, hanya ada takdir...

Sore ini, kuintip jendela kelasku, kulihat semburat warna langit yang cerah berwarna orange. Indah, tapi tak begitu kusuka, menurutku warnanya membuat hatiku sendu, sedih. Ku berjalan dari ruang kelasku, melewati koridor menuju halaman depan.
Tak terlalu kuperhatikan jalan maupun orang-orang di sekitarku yang berhamburan ingin segera pulang ke rumah masing-masing, setelah kegiatan ekstrakurikuler yang melelahkan, maupun karena jam tambahan.
Tiba-tiba, aku merasakan diriku menabrak sesuatu, bukan tembok, karena kurasakan ada sebuah tangan yang menahan pinggangku hingga aku tak melesat ke tanah. Lalu tangan itu membantuku membenarkan posisiku hingga aku berdiri dengan normal lagi.
“Rose?” sosok familiar di depanku memberiku ekspresi penuh tanya, suaranya begitu lembut dan perhatian
“Ah, Sam...” nadaku lemah, mungkin ekspresiku sangat buruk sekarang
“Kamu mau pulang?” seakan membaca pikiranku, ia tau bahwa aku tak ingin membicarakan tentang hal yang akhir-akhir ini ditanyakan orang padaku, tentang Nara.
“Iya, mungkin jalan kaki. Aku ngga bawa mobil hari ini.”
“Mau aku anter?”
“Tapi, aku lagi pengen jalan kaki.”
“Aku temani?”
“Mobilmu?”
“Aku telfon orang buat ngambil” ia menatapku lekat-lekat “ya?”
“Oke”

Lalu kami berjalan, diam, namun sama sekali bukan diam yang kikuk. Namun diam yang seakan-akan memanggil kembali memori di masa kecil kami, saat kami selalu pulang sekolah bersama, terkadang kami main hingga petang, lalu ia dimarahi ibuku , tapi herannya ia selalu tertawa setelah dimarahi, seakan tidak menyesal telah mengajakku bermain hingga petang. Dan lebih herannya lagi, ibuku pun selalu mengijinkanku bermain bersamanya.
Dulu kami selalu bersama, bermain, sekolah, belajar di rumah, hampir setiap waktu kami selalu bersama.
Masih tersimpan jelas di memoriku saat-saat ia selalu menjagaku, ia melindungiku dari sekelompok anak nakal yang ingin merebut es krim-ku. Dengan berani, ia menyuruh mereka untuk berhenti menggangguku, ia sangat berani, walaupun tau ia kalah jumlah. Sebaliknya, aku sangat pengecut, hanya bisa menangis dan mengintip dari balik bahunya. Mereka memang tidak jadi merebut es krim-ku, namun sebagai gantinya mereka mengajak Sam berkelahi, keroyokkan. Mereka mendorong Sam hingga menabrakku dan menjatuhkan es krim-ku, lalu aku menangis keras, hingga merebut perhatian orang-orang, dan anak-anak itu pun kabur. Lalu Sam menghampiriku dan berkata ‘Rose, maaf, es krim-mu jatuh. Aku beliin lagi ya? Jangan nangis...’

Aku menghentikan langkahku saat kami tiba di sebuah taman yang dipenuhi bunga matahari. Tempat ini belum berubah, tempat dimana dulu kami sering bermain kemari saat masih duduk di bangku SD. Kupandangi hamparan bunga matahari yang terlihat lebih indah saat terkena cahaya matahari yang hampir terbenam.
“Rose?” Sam menghentikan langkahnya, lalu berjalan menghampiriku dan berhenti tepat di hadapanku.
“Kamu inget ngga, dulu kita sering main kesini?” aku tersenyum lemah, mengingat masa kecil kami. Ia mengangguk.
“Kamu ngga apa-apa kan?” raut wajahnya sama seperti biasa, raut wajah yang selalu mengkhawatirkanku “Rose?”
“Nara-“ kurasakan kedua mataku panas, pandanganku kabur, dan baru sadar bahwa aku sedang menangis saat kurasakan air mataku jatuh, membasahi pipiku. “Aku putus sama dia...”

Ia menyodorkan sapu tangan padaku, lalu diusapnya pipiku menggunakan sapu tangannya. “Aku tau...” jawabnya.
“Aku tau, papanya ngga pernah setuju sama hubungan kami. Tapi, dia ngga pernah sekalipun nyoba buat ngeyakinin papanya, ngga pernah sekalipun ngijinin aku buat ngambil hati papanya biar dia bisa nyetujuin hubungan kami.” Air mataku mengalir deras tak terkendali “Akhirnya... Akhirnya dia lebih miilih buat ninggalin aku. Padahal, kami sama sekali belum pernah nyoba buat ngeyakinin papanya, belum pernah sekalipun...” setelah ia membiarkanku menangis untuk beberapa saat, akhirnya ia mulai bicara...
“Rose... Aku senang kamu putus sama Nara.” Mataku terbelalak, nafasku tertahan untuk sesaat, kupandangi ia dengan tatapan tak percaya.

“Sam??” kusipitkan mataku, menuntut jawaban.
“Aku senang kamu putus ama dia. Tapi, aku ngga bisa liat kamu sedih, nangis.” Aku bingung, apa yang sedang ia bicarakan?’“Apa kamu inget? Dulu, waktu kita kecil, kamu sering banget nangis. Tapi kamu langsung diem kalo aku kasih es krim.” Ia tertawa kecil, lalu tersenyum dan memandangku lembut.
“Iya...” aku pun tersenyum, mengingat kembali memori tersebut dan mengabaikan kebingunganku “Aku juga inget, dulu aku pernah jatuh pas kita main kejar-kejaran. Lututku berdarah, trus nangis.” lalu Sam di masa kecil menghampiriku dengan ekspresi penuh kekhawatiran ‘Rose? Sakit ya? Jangan nangis...’ aku yang cengeng, bukannya diam malah menangis semakin keras. Lalu ia menawarkanku untuk naik ke punggungnya ‘Ayo, aku gendong kamu pulang.’ Dan ia benar-benar menggendongku ke rumah, namun berhenti di jalan untuk membelikanku es krim, dan aku menikmati es krimku sembari digendong olehnya, melupakan rasa sakit di lututku.
“Tapi kamu udah jarang nangis sejak masuk SMA. Sejak kamu kenal Nara, sejak kamu mulai jauh dari aku, sejak kita ngga pernah main berdua lagi.”

“Sam...”
“Aku ngga tau, aku harus seneng ngeliat kamu bahagia, atau harus sedih kita ngga bisa main bareng kaya dulu lagi.” Ia tersenyum sedih “yang aku tau, aku ngga suka liat kamu nangis. Aku rela ngapain aja, mbeliin kamu es krim sebanyak mungkin, atau apapun, asalkan kamu ngga nangis.”
“Kenapa?”

“Karena, kalo kamu sedih, aku juga sedih.” Ia menempelkan telapak tangan kanannya pada dada kirinya “Di sini, jadi sakit.” Lalu diraihnya kedua tanganku, dan ditatapnya mataku lekat-lekat “Aku ngga mau kamu sedih, Rosalie...” Ia tetap sama dengan Samuel yang dulu, Samuel yang aku kenal sejak kami berumur 6 tahun, Samuel yang selalu mengkhawatirkanku, menjagaku, dan mengatakan ‘jangan nangis, Rose...’ atau ‘aku beliin es krim, ya?’ untuk membuatku berhenti menangis. Lalu aku sadar, kalau selama ini aku melakukan kesalahan, kesalahan yang tak termaafkan. Karena aku telah mengabaikannya selama dua setengah tahun terakhir, walaupun aku tak berniat demikian. Aku hanya terlalu sibuk dengan cinta pertamaku, Nara. Dan lambat laun aku semakin jauh dari Sam, frekuensi pertemuan kami berkurang, dan akhirnya benar-benar tak saling bicara. Benar-benar mengabaikannya, seseorang yang selalu ada di sampingku, yang selalu mengkhawatirkanku, yang selalu menjagaku, seseorang yang ternyata sangat kubutuhkan. Seseorang yang ternyata punya tempat di hatiku, bahkan menempati posisi yang lebih penting dari Nara, pacar pertamaku.
“Bego...” tangisku semakin keras
“Eh???” kali ini dia benar-benar kebingungan. Kulepaskan kedua tanganku yang ia genggam untuk menutup wajahku dan menangis sejadi-jadinya

“Kamu bego, Sam!!!”
“Hah?” kedua alisnya tertaut
“Kenapa ngga bilang kalo kamu suka sama aku???” kutoyor kepalanya dengan tangan kananku, lalu aku tertawa, sambil menangis.
“Aku...” ia mengusap dahinya, kedua matanya memandangi tanah di bawah kami. Pipinya memerah.
“Hahahahaaa”
“Apa?” ia memandangiku lagi, pipinya masih merah.
“Ekspresimu sekarang persis cewek-cewek pemalu yang ada di komik waktu ketemu cowok yang disukai.” Kuseka air mataku, entah air mata kesedihan yang tadi, atau air mata akibat aku menertawainya.
“Aku suka kamu” kali ini pipinya sudah tidak lagi memerah, ia memandangku lekat-lekat lagi. Aku berhenti tertawa, lalu tersenyum, kupandangi kedua matanya, lalu aku menghambur ke pelukkannya, dan kembali menangis.
“Bego!!!”

“Lho?” meskipun bingung, namun ia balas memelukku, kemudian tersenyum, dan aku tau aku tidak perlu menjawab pernyataan suka darinya, aku tau ia akan selalu ada di sisiku (kali ini di pelukkanku), menjagaku seperti biasa, melindungiku, menghiburku agar tidak menangis..... “Kamu mau es krim?” kujawab pertanyaannya dengan senyuman, dan kugandeng tangannya, lalu kami berjalan pulang
(kami mampir ke toko es krim di perjalanan pulang).

It's Crazy Diary 3

It's Crazy 
Part 3

'And when you smile...' Bunyi hp gue memecah keheningan.
'Ella (work) Calling' Tulisan di layar hp gue. Gue angkat dan...

...Hallo ini Ike?... suara Ella dari seberang
...Iya, emang kenapa La malem-malem telpon?...
...Eh anu, seriusan lo ngundang gue ke pesta lo?...
...Iya lah serius, emang kenapa? Besok lo dijemput supir gue. Siap-siap aja...
...Gue sungkan Ik, temen-temen lo kan 'berada' semua...
...Elah lo minder? Udah nggak usah khawatir sama gue pasti beres...
...Nggak usah Ik...
...Lo tau nggak gue bakalan marah kalo ada orang yang nggak nerima ajakan gue...
...Loh, jangan gitu dong Ik...
...Yaudah besok pulang sekolah gue jemput lo sama Bio...
...Tapi Ik...
...Nggak ada tapi-tapian oke? Daa sampe ketemu besok...

Gue matiin tuh teleponnya, gue mau kasih surprise buat Ella.

skip---

Seperti biasa hari-hari gue laluin bareng Bio. Ada yang special dihari ini, pulang sekolah gue suruh Bio nganterin gue beli pernak-pernik buat pesta. Rencananya sih pesta topeng. Dan gue ngajak Ella juga.
"Elah Ik ngapain lo ngajak si Ella?"
"Udah biarin aja kasian dia.." gue bisik-bisik sambil jalan di mall.
"Emm Ik sebenernya kita mau kemana sih?" tanya Ella.
"Udah lo ngikut aja.."
Yap rencananya gue mau beli keperluan pesta sama gaun buat Ella, Bio juga dan pas pesta nanti kita samaan. Biar couple gitu. 
Gue berhenti disalah satu toko pernah pernik pesta. Selesai belanja gue langsung menuju butik.

Tak lama kemudian. Kita sampe di butik yang dimaksud, yap O'Ryza butik punya temen mama gue.
"Eh kamu Ik, mau apa kemari?" tanya tante Ryza.
"Ini tante kita mau cari gaun buat pesta aku nanti malem."
"Ohh gitu, oiya kamu sekaarang ulang tahun kan? selamat ya wish u all the best..
"Makasih tante.."
"Sini tante tunjukin"

"Kamu milih aja La gaun yang kamu suka.."
"Hah, udah Ik nggak usah makasih..."
"Udah lo terima aja, gue yang bayar kok.."
"Iya tapi-" gue potong pembicaraan Ella
"Ssst pilih aja, atau gue bakal marah sama lo.."
"Tapi-"
"Udah turutin aja napa?!" sela Bio ketus.
"Iya deh.."
"Mba tolong bawain tux yang cocok buat temen saya... Dan gaun yang serasi ya mba.."
"Iya, tunggu sebentar.."
"Udah La?"
"Udah nih, cocok nggak buat gue?"
"Waaw Ella, lo cantik banget pake gaun itu.." kata gue. Dan gue liat Bio nggak kedip sedikitpun melihat Ella.

"Ellah, ada yang terkesima nih.."
"Eh apaan sih, ng..gak nggak..." Bio segera tersadar.

"Gue ini aja Ik, udah cocok kok.."
"Oo yaudah, mba bungkus ini ya.." gue panggil pegawai disitu.
"Sudah.."
"Nanti sekalian sama yang dua lagi ya mba.."
"Iya.."

Tak lama kemudian datang seorang pegawai yang tadi gue suruh bawa gaun yang cocok sama tuxedo-nya.
"Ini mba, mas silahkan dicoba dulu.."
"Bentar ya La..." gue menuju ke ruang ganti, Ella cuma ngangguk.
"Gimana Yo? pantes nggak?" Gue ketawa sendiri waktu Bio ngeliat gue sampe segitu parahnya. "Lebay lo ah.."
"Gila, cantik banget lo Ik pake gaun itu... Tambah suka gue sama lo.." kata Bio sambil geleng-geleng kepala.
"Ah, apa lo suka sama gue? Beneran??"
"Ih apaan sih.. Udah nggak usah dibahas, gimana nih penampilan gue?"
"Keren kok..." sela Ella.
"Hah?!" Bio kaget.
"Sorry.." Ella menunduk.

"Ciee... cie... Jas lo lenganya kepanjangan tuh.. minta yang lain sama mba-nya sana."
"Iya iya.." Bio pergi mbenerin jasnya yang kegedean.

"La lo suka ya sama Bio?"
"Eh.. Ng..gak kok. Lo kan pacarnya Bio.."
"Haduh gue itu sama Bio sahabatan dari kecil, dan rasanya kaya ada ikatan batin gitu."
"Oh sahabatan, tapi kok sampek, sorry ya.. ciuman?"
"Oh itu, emang kalo Bio lagi marah biar tenang harus digituin, peluk, cium apalah pokoknya yang gitu-gitu. Tapi nggak sampe kelewat bates dong."
"Umm.."

skip---

Udah selesai semua tinggal ngehias rumah gue yang masih polos. Pesta dilaksanain malem, mumpung ini masih sore gue suruh pembantu-penbantu gue nyiapin halaman belakang.

Jam 07.00, hampir semua tamu undangan udah dateng kecuali Vian sama Ella.
'tik tok tik tok  tamu yang ditunggu datang udah nyampe. Dan herannya gue liat si Ella dateng bareng Vian.

"Loh kalian kok bisa barengan sih?" gue bingung
"Ini, tadi gue liat Ella jalan sendirian pake gaun dijalan, terus gue samperin ternyata tujuannya sama yaudah gue bawa kesini aja..."
"Kalian udah saling kenal?"
"Ya iyalah kenal dia temen gue dari kecil.."
"Oh gitu.."
"Dan sebenernya gue juga suka sama dia Ik, boleh kan nanti gue numpang acara lo buat nembak dia? pliiiss.." bisik Vian.
"Okedeh..."
"Makasih Ike, makasih.."

Acara dimulai, semuanya pake topeng. Pertama adalah sesi pemotongan kue, dan yang pertama untuk orang special. Potongan kue pertama gue kasih ke Bio, dia membalas pake ciuman singkat di hidung gue. Aneh ya kenapa hidung? Bukan kening, pipi, atau bibir coba? *lupakan Terus kita semua dansa dideket kolam renang, yap cukup sempurna seperti yang gue harapkan. Gue dansa sama Bio, dan Vian dansa sama Ella.

"Em.. Ike?"
"Iya?"
"Lo, emm gue suka sama lo, gue sayang sama lo, gue cinta lo lebih dari sekedar sahabat.. Gue boleh jadi pacar lo? kalo gini kan kesannya nggak posesif, dan lo bukan barang yang harus menerima semua ajakan orang.."
"Hah seriusan lo?"
"Dua rius malah.. Gue boleh jadi pacar lo?" sebenernya gue juga suka sama Bio tapi nggak tau ngungkapinnya gimana soalnya kita udah sahabatan sejak kecil takut malah ngerusak persahabatan kita.
"Emm boleh. Dan kalo boleh jujur gue juga suka sama lo lebih dari sahabat."
Gue dapet pelukan hangat dari Bio, rasanya gue kaya jadi penganten semalem. Gaunnya samaan sama tux-nya Bio, dansa bareng pula. Beuh mamaaaa.. mimpi apa gue semalem...
"Sorry Ik gue nggak biasa ngasih apa-apa ke elo"
"Enggak masalah, ini aja udah lebih dari cukup buat gue, tapi ada yang kurang.."
"Apaan?"
"Kissnya mana??"
"Ike masa iya disini, nunggu pestanya selesai napa?"
"Heehee lupa.."
"Hhh.. mulai deh.."
"Iya.. maaf sayaang.."
"Apaan aku nggak denger tuh."
"Uuuh Bio.."
"Apaan aku nggak denger?"
"Iya.. maaf sayangku cintaku.."
"Nah gitu kan enak, jangan sekarang manggilnya aku-kamu atau nggak sayang-sayang ya?"
"Iye deeh."

skip---

Pesta udah selesai, sekaran gue ada dikamar bareng Bio, Vian, dan Ella. Lagi ngerumpi bersama. Maklum kan pasangan baru ceritanya..

"Yan gimana nih peje-nya loooo.."
"Iya tenang aja.. nanti juga kebagian kok iya ngga Hon?" kata Vian sambil ngerangkul Ella.
"Iya deh apa mau Bee aja.." 
"Ellah sekarang manggilnya Honey Bee-an segala.."

"Kalo kamu mau kita juga bisa kok?" sahut Bio sambil melingkarkan tangannya di pinggang gue.
"Nggak usah Yang manggilnya biasa aja tapi hubungannya yang istimewa.. Oke.."
"Setuju sayaaang.." Bio mendaratkan ciuman di pipi kanan gue.

"Eh by the way gue mau pulang dulu, udah malem nih kasian Ella.."
"Oo yaudah.. Pulang aja nggak papa kok.." gue sambil buka pintu kamar.

"Lo nggak pulang Yo?" tanya Ella.
"Gue nginep.." jawab Bio cuek.
"Ohh.. hah nginep?!" mata Ella terbelalak. Kita bertiga cuma ketawa liat ekspresi Ella.

"Udah biasa kali Bee mereka berdua tidur sekamar..."
"Enak aja lo..."
"Tapi bener kan??" ledek Ivan
"Iya, emang kenapa? satu ranjang malah. Pengen? tuh sama Ella.." jawab Bio ketus.
"HAH, Beneran kalian tidur satu ranjang?" Ella kaget.

"Udah-udah malah bahas yang enggak-enggak. Katanya mau cepet-cepet pulang?"
"Iya deh kita pulang dulu ya Yo, Ik.. Daa.."

"Hufft akhirnya selesai juga, tinggal kita berdua..." gue duduk di masterbed.
"Hhh sayang  mau ganti baju dulu apa langsung pulang?" tanya gue
"Hhh nginep sini aja deh, udah ngantuk nih. Kalo ada apa-apa dijalan gimana?"
"Ohh yaudah cepetan ganti gih bajunya ada dilemari. Aku mau ganti piyama dulu."
"Iyaa sayang.."

Beberapa menit kemudian. Gue keluar dari kamar mandi, dan apa pemandangan yang gue liat. Oh Nooo.. Bio cuma pake boxer, jadi ya half-naked gitu... gue tutup mata gue pake tangan.

"Udah beluum...?"
"Udah"
"Kok kamu tadi belum selesai gantinya sih?"
"Yah soalnya baju aku yang disini itu kebanyakan buat pergi semua.. Nggak ada piyama, yaudah aku peke ini aja.."
"Ohh yaudah, besok kan kita masuk sekolah, tidur gih. Bangun pagi-pagi biar nggak telat lagi. Kamu tidur dimana?"
"Disini aja.."
"Disofa apa-" belum sempet gue ngomong. Eh nih bibir udah disamber aja...
"Sama kamu... Disitu..." kata Bio sambil nunjuk masterbed.

Gue melangkah menuju masterbed gue, sama Bio yang melingkarkan tangannya di pinggang gue. segera kita ambil posisi tidur berhadapan.
"Bio..."
"Hmm" 
"I love you..." Gue  nyium Bio tepata dibibir sexy-nya itu. Lama hingga akhirnya jadi liar, sebenernya gue tau kalo kelamaan ciuman sama Bio dia jadinya begini. Tapi kali ini gue nggak bisa berkutik... Bio terlalu kuat, jadi sekuat apapun gue coba berhenti tetep nggak bisa.
"Bioooo..!" gue teriak mencoba melepaskan ciuman itu.
Bio diem dan berhenti sebentar mengambil nafas, terus kali ini malah gue yang mulai duluan. Eh udah dari tadi ding...
Bio mulai memainkan tangannya, taulah..

Skip---

Pagi-pagi gue bangun tanpa ingatan dari alarm, gue liat Bio meneguk segelas susu yang dibawanya di depan teras kamar gue. Setelah dia liat gue bangun..
"Maaf" kata pertama yang diucapin Bio ke gue.
Gue cuma bisa tersenyum, toh itu juga bukan sepenuhnya kesalahan dia.
"Udah hampir siang, yuk siap-siap berangkat kesekolah.."
Bio cuma tersenyum dan bilang "Aku siap tanggung jawab atas tadi malam.."
"Hhhh.. udah terlanjur mau gimana lagi? Semoga enggak 'kejadian'. Lagian tadi malem kita tau bates kan.. Jadi nggak usah khawatir.."
"Kamu dulu apa aku dulu yang mandi?"
"Aku dulu deh, kan cewek mandinya lama..."
"Iya deh.." satu ciuman singkat dihidung gue mendarat.
"Kenapa sih kalo nyium dihidung?"
"Itu tandanya sayang.."
"Kalo gitu-" ciuman singkat dibibir Bio. "Itu tandanya cinta.."
Bio cuma senyum.

skip---

-Diruang makan-
"Bio, Ike... Kami sepakat untuk menjodohkan kalian berdua.."
"Haaa!"

Wednesday, June 26, 2013

It's Crazy Diary 2

It's Crazy
Part 2

"Waaaaa! Ini jam berapa?!"
Gue langsung bangun dari tempat tidur, lari kekamar mandi eh taunya malah kejedot tembok. Sialan emang.
"Aduuuuuuh...! Nih siapa lagi yang mindahin tembok!"
"Lo itu apa-apaan sih Ke, orang masih pagi juga udah ribut ndiri..."
"Lo tau nggak ini jam berapa?!"
"Emang jam berapa?" kata Bio sambil ngucek-ngucek mata.
"Liat noh, JAM SETENGAH TUJUH..!"
"Whaat..! Lo kok nggak bangunin gue sih Ik..?!"
"Elaah, lo tau sendiri gue bangunnya juga kesiangan. Lupa gue pasang alarm."
"Terus kalo udah gini gimana?"
"Ya buruan mandi lah!"
"Lo dulu apa gue dulu?"
"Gue dulu..!"
"Iya deh cepetang neng..!"
"Lah iyaa iyaa."

skip---

"Mama, papa Ike berangkat dulu ya.."
"Loh eh sarapan dulu.."
"Iya dijalan.. Daa mama daa papa.."
Gue comot tuh roti isi di meja, udah kebiasaan gue sih.
"Ikee..! Tungguin gue!"
"Loh Bio, kamu nginep disini toh?"
"Eh om, tante.. Iya tadi malem Bio nginep sini.. Kita berangkat dulu ya om, tante.."
"Nggak sarapan dulu?"
"Iya dijalan aja tante.." Bio langsung ambil roti isi yang ada di meja makan. Papa mama gue cuma geleng-geleng aja.
"Kamu naik apa emang?"
"Bawa mobil kok om.. Ike mana?"
"Udah didepan tuh."
"Yaudah om Bio berangkat.. Daa om, daa tante."

skip---

"Udah lama nunggunya?"
"Udah ayook cepetan, mana motor lo?"
"Bawa mobil gue.. ayok masuk."
Tanpa basa-basi gue masuk SUV Bio.
"Lo makan dijalan?"
"Iya, lo juga?"
"Heheh, laper gue.."
"Yaudah cabooot..!"
"Here we goo.."

skip---

-Dikelas-
"Lo nggak ada yang kelupaan lagi kan?"
"Eh.. bentar..." Langsung deh gue check isi tas gue.
"Udah nggak ada kok Yo.."
"Emm.. untung tadi kita nggak telat.."
"Iya Yo, untung aja ya. Eh tapi kayak ada yang aneh gitu deh. Masa jam segini belum bel juga?"
"Iya nih udah jam tujuh lima belas nih.."

-Tonenoneng.. tonenoneng..
Pengumuman, ditujukan kepada semua siswa. Dikarenakan adanya rapat mendadak di Diknas, kalian akan dipulangkan. Jadi untuk hari ini kalian pulang pagi. Dan utuk besok dan seterusnya masuk seperti biasa, Terimakasih.

"Yeeee.." teriak semua siswa kompak. Berasa kaya demo sekolah gue.

"Yo pulang yuk?"
"Ah males gue.."
"Tumben lo males, yaudah jalan-jalan aja ye? Kali ini gue yang traktir."
"Males, paling juga lo ngajaknya ke taman depan sekolahan terus traktir gue es degan kan? Ogah gue.."
"Eh ngledek lo, Mc D apa Pizza hut gitu gimana?"
"Tumben.."
"Mau nggak? sebelum gue berubah pikiran nih.."
"Eh iya-iya mau, nanti kita main games ya.. Tapi ganti baju dulu, masa anak sekolah pagi-pagi udah kelayapan. Disangka yang nggak-nggak bisa berabe urusannya.."
"Oke.. Lo ganti dirumah gue aja ya.. Sebagian baju lo kan ada di gue.."
"Iya deh iya, lagian gue juga males pulang.."

skip---

-Diperjalanan-
"Kita ke pizza hut aja ya.. Lo mau kan? ntar sekalian main sama mau cari film gue..."
"Okedeh terserah lo..."
*Ciiiit bruukkk
"Gila tuh orang! Jalan nggak ati-ati, mau cari mati apa?!" Bio marah sejadi-jadinya. Dia turun dari mobil menghampiri orang yang tadi dia tabrak.
"Udah, liat aja.. Turun Yo.."
"Hem.."
Kita berdua turun, gue liat ada perempuan yang jatuh didepan SUV Bio.
"EH LO KALO NYEBRANG PAKE MATA DONG!" Bio emosi.
"Bio?! Udah.."
"Aduhh sakit.." rintih cewek yang ditabrak tadi.
"Eh lo nggak papa?" tanya gue khawatir.

"Nggak, gue bisa sendiri kok!"
"YEE NGGAK USAH NYOLOT LAGI"
"Auuch.."
"Tuh kan nggak usah sok jagoan deh lo.. Udah cepetan masuk mobil gue anter lo berobat.. Bio bantu dia berdiri.."
"Enak aja ogah gue.."
"Yaudah, lo buka pintu mobilnya aja, biar gue yang bantu dia.."
Hufft.. Bio Bio.. Dari dulu nggak pernah berubah. Sekali dia marah sama orang, bakalan susah deh maafinnya. Jadi harus ekstra sabar ngadepin nih kucrut, kalo yang belum kenal dia. Bisa mati berdiri deh..

"Udah lo duduk aja, kita anter ke rumah sakit.."
"Makasih sebelumnya.."
"Orang dia yang salah kenapa kita yang harus keluar uang? Harusnya kita dong yang minta ganti rugi.." gerutu Bio.
"Udah lah Yo... Apa salahnya sih membantu?"
"Tapi kan-" belum sempet Bio ngomong gue udah nyosor tuh kebibir sexy-nya. Bio cuma bisa diem.
"Udahkan, ayok kita kerumah sakit." Bio cuma ngangguk-ngangguk.

"Emm sorry ya atas pemandangan yang kurang sopan tadi.. Ngomong-ngomong nama lo siapa?"
"Nggak papa kok, nama gue Ella.."
"Oh Ella toh.. gue Ike die Bio. Lo anak mana?"
"SMA Budi Dharma.."
"Kalian sendiri? udah kuliah?"
"Oh belum, kita masih SMA kok.."
"SMA Mana?"
"SMA Harapan Bangsa" jawab gue.
"Oh.. Pantesan.." dia ngangguk-ngangguk nggak jelas.

"Maksudlo?!" celetuk Bio
"Anak orang kaya semua, sifatnya juga rada-"
"Rada apa? Udah untung ditolongin, mau cari mati lo."
"Hus, Bio ngomong apa lo barusan?" gue dengan tatapan sinis.
"Eh nggak-nggak, lagian dia juga sih yang mulai. Dasar cewek rese..!"
Ella cuma menunduk. Mungkin dia takut sama Bio.
"Udah nggak usah marah-marah, udah dapet jatah juga.. Sorry ya La temen gue emang suka begitu.."
"Hah ng..ngga papa kok. Temen? tapi kok sampe..."
"Ciuman maksud lo?" Bio masih ketus
"Eh ng.. Iya.."
"Biasa aja kali!"

skip---

"Udah sampek lo sama dia aja keluarnya, males gue.. Gue nunggu dimobil aja."
"Heem yaudah, gue sama Ella masuk dulu."
"Cepetan.."
"Iya bawel.."

-Di klinik rumah sakit-

"Gimana dok?"
"Dia nggak papa cuma karena benturan yang agak keras dia jadi terkilir. Dua tiga hari lagi juga sembuh..."
"Oh yaudah dok makasih."
"Iya sama-sama"

"La, lo gimana tadi?"
"Ng.. udah agak baikan, tadi dikasih obat penghilang rasa sakit, ini resepnya.." kata Ella sambil ngasih resep buat ditebus.
"Lo tunggu disini bentar ya.." Ella cuma ngangguk.

Beberapa menit kemudian

"Udah, yuk pulang.."
"Iya makasih jadi ngerepotin.."
"Ah enggak kok. Biasa aja lagi.."

-Dimobil-
"Gimana?" tanya Bio.
"Ella nggak papa kok cuma terkilir.."
"Yaelah gitu doang?" masih dengan nada ketusnya."
"Udah ayok pulang..."
"Yah nggak jadi ke pizza hut dong, nggak jadi main game dong, nggak jadi beli film dong.."
"Lo itu udah gede masih kaya anak kecil aja, kita anter Ella pulang baru jalan-jalan."
"Hem iya.."

"Rumah lo sebelah mana La?"
"Belakang masjid, ditempat lo nabrak gue tadi."
"Ohh, yaudah kita kesana"

Tak lama kemudian...

"Ini rumah lo?" Gue kaget, ternyata dia tinggak dirumah petak yang mungkin gedenya sekamar gue... Omaygat!
"Iya, mau mampir dulu?"
"Eh.. Ng..gak usah La ntar keburu sore si Bio ngambek lagi.."
"Oh yaudah, kapan-kapan main kesini ya.."
"Gue boleh minta nomor hp lo?"
"Boleh, 0875675xxxxx"
"Udah.. Thank ya, lo juga kapan-kapan main kerumah gue. Telfon or sms gue aja nanti gue jemput, nih kartu nama gue."
"Makasih Ik, makasih Yo.."
"Iya sama-sama.. Daa"
"Daa.."

-Di pizza hut-

"Lo ngapain sih pake minta nomor hp-nya segala?"
"Emang nggak boleh?"
"Oh nggak, boleh kok.."
"Yaudah kalo gitu.."
"Ngomong-ngomong besok kan lo ulang tahun. Mau dirayain gimana? pasti besar-besaran dong ya... kan 'Sweet Seventeen'..." Bio sambil melakukan penekanan.
"Kali ini biasa aja kok kayanya. Palingan taman belakang rumah gue sulap jadi area party, udah gitu aja.."
"O" Bio mengangguk
"Udah nih, cari film yuk?"
"Ayok.."

-Ditoko VCD-

"Mau film apa?"
"Film yang romantis ada nggak ya?"
"Nih Ik gue udah nemu..."
"Apaan?"
"Rain.."
"Coba liat.. gila covernya frontal banget bro.."
Gue liat dicover-nya aja udah frontal gitu, apalagi dalemnya entar. Udah gila apa ya si Bio.
"Udah ini aja.." Bio main nyelonong ke kasir aja. Kalo udah gini pasrah deh gue...
"Berapa mba?" tanya Bio.. "Nih" Bio mengeluarkan credit card-nya
"Terimakasih. Selamat berkunjung lagi.."

Bio main melengos aja, langsung deh tu dia nggandeng gue ke tempat parkiran.
"Lo nggak mau main dulu apa?"
"Nggak lagi gak mood gue.. Pulang terus nonton film dirumah lo.."
"Oke deh.."

skip---

Di home theater rumah Ike.
"Ik film-nya kok jadi sedih gini ya.."
"Au.. lo kan yang milih.. emang nggap baca sinopsisnya apa?"
"Nggak hehehe..."
"Dasar lo.."
"Biarin wlek.. :p"
Gue cubit deh lengannya si kucrut Bio.
"Lariiiii...."
"Awas lo ya ampe kena gue cium ampe minta ampun lo.."
"Kejar aja kalo bisa.. wlek :p"
"Ikeeeeeeee.."

Gue lari sekenceng-kencengnya sampe ngumpet dipojokan kamar gue. Dan gilanya tuh kucrut nemuin gue. Duh mampus deh gue. Gue tepuk jidat gue sekeras-kerasnya.

"Nah loh, ketemu.."
"Eh.. eh.. Bio sorry yo gue minta maaf..."
"Nggak bisa lo harus tanggung jawab."
"Tanggung jawab apaan?"
"Tadi waktu lo nolongin si Ella lo nyium gue, tanggung jawab lo... Trus waktu gue ngejar lo kan gue bilang kalo kena mau nyium lo sampe minta ampun gimana tuh.."
"Oh iya lupa gue, ada tugas.. iya tugas..." gue mengalihkan perhatian, tapi tangan Bio menghalangi. Aduh mamaaaaa..! Tolongin Ike...
"Alesan lo, pokoknya lo harus tanggung jawab.."
"Hhhh.." gue menghela nafas panjang.

Deg____ jantung gue serasa mau copot. Bio makin deket, duh.. gimana nih. Yang tadi itu gue berusaha nenangin dia biar nggak emosi..

*cups sesuatu yang lembut dan basah mendarat tepat dibibir gue, walnya gue menolak. tapi semakin gue menolah semakin Bio memperdalam ciumannya. Dan akhirnya gue membalas ciumannya itu. gue lingkarkan tangan gue di leher Bio, sama, dia juga memegang pinggang gue. 
*Bruukk tanpa gue sadari Bio menggiring gue sampe ke tempat tidur. Kita seperti melayang. Segera gue sadar ketika Bio mulai berubah jadi ciuman liar, dan berusaha untuk 'berbuat'.
Gue mendorong Bio, tapi nihil. Gue nggak cukup kuat dibandingin dia. Gue tarik bajunya, gue cubit pinggangnya. Sepertinya Bio kesakitan terus berhenti.

"Hosh.. hosh.. Cukup Bio, gue nggak mau sampe kelewat batas." Gue masih berusaha menstabilkan nafas.
"Hhhh... Untung kamu ngebatasin. Kalo nggak udah 'accident' tadi tuh... Sorry Ike, gue nggak bermaksud."
"Udah lupain aja, yang penting kita kan udah menggagalkannya. Gila, jadi kebawa suasana gue tadi.."
"Hahaha.. Udah gini masih bisa bercanda lo Ik..."
"Ike.. gue pulang dulu ya.. Pestanya janga lupa ya..?"
"Oke nanti sore gue kasih undangannya.."
"Oke.. Daa."
"Daa.."