Kenangan
suram, menyakitkan yang membuatku rapuh. Sesakit inikah rasanya mengorbankan
perasaan? Sesakit inikah berkorban demi sahabatku tersayang? Ah rasanya aku
terlalu berlebihan, tapi inilah kenyataannya. Dimulai dari sesosok laki-laki
yang menghampiri kehidupanku.
Dia
mengisi hari-hariku dengan keceriaan, memberikan sebuah harapan, dan semua
tanggapan yang membuatku merasa nyaman berada disampingnya. Inikah cinta? Oh,
aku masih bertanya-tanya. Dengan intensitas pertemuan kami yang semakin sering,
kami selalu pergi bersama. Banyak tanggapan orang bahwa kami sedang membina
suatu hubungan asmara, kami tepis anggapan itu mentah-mentah. Lambat laun aku
merasa ada sesuatu yang berbeda tentang perasaan ini.
Ketika dia
sedang tidak memiliki kekasih, aku baru saja berpisah dengan kekasihku juga,
dan sahabatku sedang mencari pengisi hari indahnya. Terbesit dipikiranku untuk
menyatukan mereka berdua, kedua sahabatku yang sedang mencari-cari kekasih
hati.
Aku rela
mereka bersama, berbagi waktu, saling percaya, menemukan cinta diantara mereka.
Tapi tidak untuk saat ini, sepertinya pengorbananku terlalu berat. Dia, sorang yang
sudah cukup lama bersamaku, kini sedikit menjauh dariku. Setiap kucoba mengerti
apa yang ada dipikiran mereka, terlintas kata ‘jangan’ yang mengaung
dipikiranku . Bukanlah salah, tapi setidaknya dia mengerti bagaimana perasaanku
ketika ditinggal oleh teman terdekatku sendiri. Semakin hari mereka semakin
tidak memperhatikanku, mungkin dianggapnya aku bak tembok besar penghalang rasa
diantara mereka.
Hey! Ingat,
aku yang menyatukan kalian kenapa aku ditanggalkan? Tak adil rasanya, tapi aku
bisa apa. Sebenarnya perih hati ini melihat kalian bersama, bergandengan
tangan, dan saling cinta. Dia, laki-laki yang ku kenalkan padamu. Sebenarnya
aku sayang dia, aku mencintainya. Tapi ini bukan sepenuhnya kesalahan kalian,
salahku juga telah memperkenalkanmu padanya padahal ku tahu aku masih tak rela.
Kujalani ini
bagaikan simphoni hitam, perasaanku tak terbalaskan dan berubah jadi
menyakitkan. Kalian berusaha meyakinkan, tapi aku yang merasakan. “Tuhan tolong
buang rasa cintaku, jika kau tak ijinkan aku bersamanya”
Kini aku
menyerah, bahagiamu bahagiaku juga. Sedihmu adalah sedihku juga. Meski tak
jarang aku harus tertawa didalam kesedihan, dan menahan tangis karena kekecewaan.
Semoga kau bisa menjaganya, menyayanginya, jangan kau kecewakan dia sahabatku.
Kurelakan dia untukmu, walau pisau berkarat menancap dalam dibenakku dan kawat
berduri menghiasi jantung ini. Perih memang, tapi akan kulakukan untuk kalian.
Kuharap pengorbanan ini tidak sia-sia.
Untuk
teman terdekatku yang ada disana…
Semoga kalian tahu apa yang ku maksud :)
ReplyDeleteThanks readers, visitors, lovers, haters :)